Sebanyak 39,07 juta penduduk Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan. Sekitar 60% dari jumlah tersebut berada di pedesaan, dan 52% bekerja di sektor pertanian. Mereka ini tidak punya akses dalam ekonomi, tidak punya alat produksi, modal, tanah, teknologi dan pembinaan.
Padahal, menurut Ir. Hartarto Sastrosoenarto komoditi sektor Pertanian berpeluang sebagai world player, maka diperlukan perumusan visi pertanian 2030. Dalam mewujudkan visi 2030 menurut Hartarto, diperlukan dukungan dari peran Pemerintah, peran demokrasi, peran perguruan tinggi, peran kelompok pembaharu, dan peran entrepreneur.
“Strategi dan sasaran perlu dicermati agar upaya sektor pertanian bisa berhasil menyerap pengagguran, mengentaskan kemiskinan, membentuk sebagian dari kelompok menengah kegiatan ekonomi, memiliki teknologi unggulan sendiri, dan siap masuk dan menjadi pemain utama dalam pasar global,†ungkap mantan menteri perindustrian RI 1983-1999 dalam diskusi terbatas menggagas Visi Pertanian 2030 yang difasilitasi oleh Fakultas Pertanian UGM, Sabtu (14/4) di Ruang Multi Media Gedung Pusat UGM.
Hadir dalam diskusi terbatas tersebut, Dirjen Tanaman Pangan Ir. Sutarto Ali Muso, MM, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Usaha UGM Prof. Dr. Agus Dwiyanto, Dekan Fakultas Pertanian UGM Prof. Dr. Ir Susamto Somowiyarjo, M.Sc dan Kepala Pusat Kajian dan Pengembangan Kebijakan Industrialisasi UGM, Dr. Ir. Sutrisno.
Agus Dwiyanto mengungkapkan bahwa pertanian berperan strategis dalam pembangunan bangsa dalam penghasil pangan, memberikan lapangan kerja, penyedia bahan baku bagi agroindustri, penghasil devisa dan sebagai pasar potensial.
“Sebaiknya UGM menjadi pusat pembibitan nasional,†imbuh Agus.
Terkait dengan program pemerintah yang menargetkan hasil panen 2 juta ton di tahun 2007, Dirjen Tanaman Pangan Ir. Sutarto Ali Muso, MM masih optimis target dari pemerintah akan tetap tercapai bahkan lebih.
“Teman-teman daerah, pada dasarnya masih optimis untuk menyumbang 2 juta ton, memang ada sedikit masalah iklim, pupuk, tenaga lepas penyuluh. Namun laporan dari seluruh propinsi, mereka semua bisa mencapai angka lebih dari yang kita targetkan,†ujarnya.
Sutarto berpendapat bahwa program 2 juta ton akan berhasil jika didukung dari beberapa komponen, mulai dari kegiatan pengadaan benih, gerakan penerapan teknologi, gerakan pemupukan berimbang, dan gerakan pendampingan.
Ketika ditanya masih adanya daerah dimana musim tanam mundur dari jadwal, akibat telatnya musim penghujan, “Daerah Jawa Tengah, Jawa Barat dan NTB, Sekitar 300 ribu hektar mundur dari musim tanam. Kita punya musim tanam Oktober-Maret, tapi sudah mencapai 99% lebih,†jelasnya (Humas UGM)
.