Arti penting menanamkan pemikiran untuk memanfaatkan bahan pangan yang tersedia di tempat sebagai makanan sehari-hari akan sangat terdukung, jika pengetahuan tentang memasak makanan yang lezat dan menarik telah dimiliki oleh setiap individu dalam masyarakat. Bahwa selama ini, “pendidikan†memasak makanan yang dilakukan para ibu, hasilnya merupakan legenda nenek, yang terkesan kurang prestisius untuk disampaikan secara formal.
Demikian pernyataan Prof Dr Ir Murdijati Gardjito, di Balai Senat UGM, Senin, (16/4), saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Perempuan kelahiran Yogyakarta 21 Maret 1942 ini, mengucap pidato berjudul “Arah Baru Kompetensi Pendidikan Ilmu dan Teknologi Pangan Untuk Mengatasi Masalah Pangan’.
Kata Murdijati Gardjito fenomena memasak dengan kombinasi sifat bahan, jenis bumbu dan teknik mengolah tidak pernah atau sedikit sekali diungkap dan dijelaskan. Pelajaran memasak makanan dan tataboga yang ada dalam kurikulum Program Studi Tata Boga dari SMK hingga S1 dan Diploma, dinilanyam kurang menekankan penggunaan bahan pangan lokal, serta tidak didasari penguasaan ilmu dan teknoloi pangan yang memadai.
“Bahkan cenderung, mereka menggunakan bahan-bahan import seperti terigu, keju, saos, karena terkesan seseorang lebih modern dan seleable dalam memiliki kemampuan dan kepandaian mengolahnya,†tandasnya.
Oleh karena itu, kata dia, pemikiran untuk mendekatkan Ilmu dan Teknologi Pangan pada masyarakat menjadi sangat strategis. Banyak bahan pangan yang perlu digali peranannya secara ilmiah, seperti gula kelapa, legen, kluwak, untuk membentuk cita rasa dalam kuliner Nusantara.
“Tidak dapat disangkal sumber daya alam Nusantara sangat kaya dan menjadi cita rasa dunia. Semua itu ada di bumi Nusantara ini. Perjalanan mencari ‘dunia baru’ yang menghasilkan seni dapur (cuisine) sangat diakui Perancis, yaitu dengan masuknya aneka rempah-rempah dari Maluku, Jawa dan Sumatra ke Eropa lebih dari 500 tahun silam,†tukas istri Gardjito SIP Marsda TNI-Purn, ibu dua anak ini. (Humas UGM).