India selama ini memprioritaskan pegembangan pendidikan tinggi dan sedikit menelantarkan pendidikan dasar dan menengah, sehingga jumlah tingkat buta huruf tinggi sekali sampai 60 %. Kesemuanya, akibat kebijakan Pemerintah India yang menelantarkan pendidikan dasar.
Demikian pernyataan Duta Besar India, Madam Sharma dalam kunjungannya ke kampus UGM, Rabu (18/4) yang diterima langsung oleh Rektor UGM, Prof Dr Sofian Effendi di ruang kerjanya. Didampingi oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian Prof Dr. Retno Sunarminingsih, M.Sc Apt dan Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Usaha, Prof. Dr. Agus Dwiyanto.
Tapi, lanjut Sharma, tidak ada yang meragukan bahwa pendidikan tinggi kualitasnya cukup baik, elitis dan sangat tinggi mutunya. Maka dari itu Sharma ingin meningkatkan hubungan kerjasama pendidikan tinggi antara UGM dengan beberapa Perguruan Tinggi di India.
Ibarat gayung bersambut, permintaan Dubes India ini ternyata diamini oleh Sofian,. “Beliau bersedia jika diperlukan bantuannya untuk mendorong kerjasama dengan Perguruan Tinggi di India dan berpesan agar jangan segan-segan untuk menghubunginya,†jelas Sofian.
Kata Sofian, kerjasama dengan Perguruan Tinggi di India sangat mungkin dilakukan mengingat kerjasama yang dilakukan oleh UGM lebih banyak ke Benua Eropa, terkait dengan kemajuan India di bidang sains, teknologi dan komputernya.
India yang bisa maju seperti saat ini menurut Sofian, justru lahir dari keberhasilan lulusan pendidikan tingginya yang memotori pembangunan yang berkembang begitu pesat. “Kalo Indonesia terbalik, justru pendidikan dasar yang diutamakan, tapi pendidikan tinggi yang diabaikan, jadinya pada saat ekonomi ingin maju memerlukan skill, Indonesia akhirnya tidak punya,†papar Sofian.
Tambah Sofian, madam Sharma menjelaskan pengalaman India bahwa pembangunan ekonomi mereka dapat berjalan dengan stabil dan mantap kalo demokrasi dikembangkan dengan baik.
“Ia sangat setuju dengan pandangan pak Boediono bahwa demokrasi merupakan prasyarat dalam pembangunana ekonomi,†jelas Sofian.
Lanjut Sofian, Indonesia kalo demokrasinya mantap harus, menunggu selama 9 tahun tingkat kesejahteraannya dengan pendapatan per kapita penduduknya mencapai 6600 dollar.
Sharma menilai, kerjasama segi tiga antara India, China dan Indonesia bisa menjadi pusat perkembangan ekonomi baru, maka ia mengusulkan hubungan ketiga negara ini ditingkatkan, supaya calon-calon pemimpin (generasi muda) ketiga negara ini sudah mulai saling mengenal, saat mereka sama-sama mengenyam pendidikan.
Selain itu, kata Sofian UGM dan Dubes India juga sepakat untuk merintis kembali pendirian Pusat Studi India. (Humas UGM)