Tingkat produksi dan konsumsi ikan masyarakat DIY termasuk yang terendah di tingkat nasional. Mengutip data Dinas Perikanan dan Kelautan DIY 2006, tingkat konsumsi ikan ini hanya 11,53 kg perkapita pertahun, atau kurang dari separuh dari konsumsi nasional yang mencapai 26,5 kg perkapita per tahun.
Padahal, kata Prof. dr. Hamam Hadi, MS., Sc.D, Ikan merupakan makanan dengan kandungan gizi tinggi. “Berbagai penelitian membuktikan selain meningkatkan kecerdasan, ikan juga memiliki kandungan khusus yang dapat mengurangi resiko berbagai penyakit, khususnya jantung,†jelasnya.
“Bandingkan dengan konsumsi ikan masyarakat Jepang yang mencapai 35 kg perkapita pertahun,†ujar ketua Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Hamam Hadi, MS., Sc.D, di sela-sela festival makanan ikan di Fakultas Kedokteran UGM, Sabtu (21/4).
Kepala Seksi Pascapanen, Dinas Perikanan dan Kelautan DIY, Titi Watiyandari, mengatakan produksi ikan di DIY dalam setahun hanya sekitar 3600 ton. Tidak sebanding dengan luas pantai yang dimiliki daerah ini. Meski memiliki pantai yang cukup luas, namun produksi ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih sangat rendah. Hal itu akhirnya mengakibatkan tingkat konsumsi ikan di daerah ini juga sangat rendah.
Kendala utama yang menjadikan rendahnya produksi ikan di DIY adalah belum adanya pelabuhan besar untuk kapal penangkap ikan. Selain itu, teknologi nelayan baru bisa bisa mencapai kawasan zona I saja.
“Padahal ikan paling banyak berada di zona II dan III (110 km). Tetapi karena tidak ada yang bisa menangkap kesana. Selain karena perahu, juga kalaupun ada perahu besar tidak ada pelabuhan tempat bersandar,†kata Titi,
Titi menambahkan, pelabuhan terbesar terletak di Pantai Sadeng, Gunungkidul. Tetapi pelabuhan ini hanya bisa untuk bersandar kapal yang bisa menjelajah sampai zona II. “Kalau kapal besar tetap tidak bisa. Sehingga kapal besar ini biasanya berlabuh di Cilacap,†katanya.
Sebenarnya, di DIY terdapat sekitar 19 Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Namun karena nelayan hanya bisa mencari di zona I maka hasilnya pun tidak maksimal. “Akhirnya ikan yang dijual di DIY didatangkan dari daerah lain seperti Cilacap dan Semarang. Padahal potensi laut di DIY sangat luas,†keluhnya.
Rendahnya konsumi ikan ini, menurut Titi, sebenarnya juga tidak lepas dari budaya masyarakat. Masyarakat DIY, lebih dekat pada masyarakat agraris daripada masyarakat maritim. â€Nenek moyang orang Yogya bukan pelaut, tetapi Merapi,†katanya (Humas UGM)