Republik Tunisia merupakan negara Arab Muslim di Afrika Utara dengan pemikiran keagamaan (Islam) yang sangat dipengaruhi kondisi sosial politik dalam negeri. Berbagai kebijakan pemerintah sejak kemerdekaan cenderung mengarah pada proses sekularisasi Tunisia dan meminggirkan peran agama. Akibatnya, perkembangan pemikiran keagamaan lebih besar perhatiannya kepada gerakan keagamaan Islam.
Hal tersebut disampaikan oleh Abdul Fadhil, Dosen Jurusan Ilmu Agama Islam FISIP Universitas Negeri Jakarta, saat ujian terbuka program doktor Prodi Agama dan Lintas Budaya Sekolah Pascasarjana UGM, Rabu (26/7). Mengkaji novel Ath-Thaliyâni karya Syukrî Al-Mabkh yang menceritakan tentang penokohan ‘Abdun-Nâshir Ath-Thaliyâni dan orang-orang disekitarnya ini, Abdul memaparkan adanya perubahan perilaku keagamaan masyarakat Tunisia yang tertuang dalam karya sastra tersebut. Selain sekularisasi secara sistematis yang diterapkan pemerintah Tunisia, juga dipengaruhi oleh pemikiran Marxis yang berkembang bebas memengaruhi generasi mudanya untuk menjadi pengikut kelompok kiri tersebut.
“Ada pendangkalan nilai-nilai keagamaan yang dilakukan pemerintah baik secara langsung dan sengaja atau tidak,” terangnya.
Pengekangan hak-hak politik kelompok Islam turut memengaruhi terjadinya perubahan perilaku keagamaan masyarakat Tunisia. Demikian pula berkembangnya matrialisme dan pragmatisme dalam beragama. Tidak adanya ruang politik untuk menyuarakan aspirasi umat Islam dan sekularisasi masif menjadikan masyarakat Tunisia menjadi apatis dalam beragama dan bernegara.
Ditambahkan Abdul, perubahan perilaku keagamaan masyarakat Tunisia yang diungkapkan dalam novel ini dapat dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama terkait dengan perubahan perilaku terhadap ajaran keagamaan yang normatif. Sebagai contoh, tidak menjalankan kewajiban agama, tidak mendoakan orang tua yang telah meninggal, serta lemahnya wawasan ilmu keagamaan.
Kelompok kedua berkaitan dengan perubahan perilaku yang menyangkut sikap kepribadian, seperti mabuk-mabukan, bergunjing, banyak bicara, malas, berbohong, dan suka menebar fitnah. Sementara kelompok ketiga, perubahan perilaku menyangkut nilai-nilai keluarga. Misalnya, mendidik anak dengan keras dan kasar, melawan orang tua, berzina, dan kekerasan seksual pada anak. (Humas UGM/Ika)