Demikian diungkapkan Rektor UGM Prof Dr Sofian effendi, bahwa hasil peringkat Perguruan Tinggi di dunia oleh harian Times, telah menempatkan UGM pada peringkat 47 klaster ilmu sosial, peringkat 70 klaster ilmu budaya dan humaniora dan peringkat 73 klaster ilmu bio-medik, disusul Webometrics, yang telah menempatkan UGM sebagai Top 100 Asian Universities dan Top 12 Southeast Asian Universities. Prestasi UGM di tingkat internasional tersebut, kini diikuti pula oleh Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi lain di Indonesia.
Oleh karenanya, kata Pak Sofian, UGM berusaha untuk mempertahankan prestasi tersebut. Salah satu upaya yang kemudian ditempuh adalah berkaitan dengan jumlah mahasiswa pascasarjana. Karena untuk menjadi World Class Research University, UGM disyaratkan memiliki jumlah mahasiswa pascasarjana minimal 30% dari total jumlah mahasiswa.
“Dulu kita mengharapkan 30%, baru bisa tercapai pada tahun-tahun 2008/2009. Karena pada tahun 2002, jumlah mahasiswa pascasarjana kita baru 12%. Untuk menaikkan 1% dari total 50 000 mahasiswa, berarti kita harus menaikkan mahasiswa pascasarjana 500 orang per tahun. Alhamdullilah jumlah mahasiswa pascasarjana kita saat ini mencapai 12.406 orang atau sekitar 28% dari total mahasiswa UGM. Jadi satu loncatan lagi, kita bisa mencapai jumlah minimal mahasiswa pasca yang 30% itu. Untuk rerata internasional jumlah mahasiswa S2 dan S3 mencapai 40%. Kita berharap bisa meningkatkan hingga sedikitnya 35%,†kata Pak Sofian belum lama ini, di ruang Sidang Pimpinan UGM.
Untuk meningkatkan jumlah mahasiswa tersebut, menurut Pak Sofian, langkah yang ditempuh adalah dengan meningkatkan jumlah pemberian beasiswa untuk mahasiswa pascasarjana. Saat ini jumlah mahasiswa pascasarjana yang menerima beasiswa baru 36,2%, dengan nilai total mencapai Rp 44 Milyar pertahun.
“Untuk program S3 relatif sangat tinggi karena dari 1.231 mahasiswa S3 82% sudah mendapatkan beasiswa,†jelas dosen MAP UGM.
Pemberian beasiswa ini memang menjadi penting untuk bisa mendongkrak jumlah mahasiswa pascasarjana. Hal ini dikarenakan biaya untuk menempuh studi ini relatif cukup tinggi yakni sekitar Rp8 juta untuk program regular dan antara Rp15-Rp20 juta untuk program profesional.
Sementara itu Direktur Pascasarjana UGM, Prof Dr Irwan Abdullah menambahkan, saat ini terdapat 62 program studi (Prodi). Sedangkan, beasiswa yang ada berasal dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, badan dana asing maupun individu-individu. Dengan demikian, akses bagi lulusan S1 dan S2 dari berbagai daerah semakin luas.
Selama ini, kata dia, beasiswa yang diterima mahasiswa S2 dan S3 UGM terdiri atas tiga sumber utama, yaitu beasiswa Depdiknas (BPPS) bagi 1 709 orang, instansi (pmerintah dan swasta) 2 491 orang, dan badan dana asing bagi 291 orang
Selain beasiswa hasil kerjasama, UGM juga mengelola sejumlah program beasiswa antara lain biaya penelitian lintas budaya yang dikelola Pusat Studi Asia Pasifik (PSAA) bersama Sekolah Pasacasarjana, The Sasakawa Young Leaders Fellowship Fund (SYLFF), beasiswa pendidikan S2 bagi mahasiswa berprestasi, Tanoto Foundation, Yayasan Sumber Daya Manusia dalam Iptek dan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri.
“Dengan kondisi sekarang ini kita berharap sampai 2010 mahasiswa S2 dan S3 kita akan mencapai 35%,†tandas Prof Irwan. (Humas UGM)