Sutarmi (62) perlahan turun dari kursi roda. Dengan langkah kaki terseyok-seyok wanita tua ini berusaha untuk menapaki sejumlah anak tangga menuju ke podium utama Grha Sabha Pramana UGM. Penyakit asam urat yang mendera sejak tujuh tahun terakhir membuatnya tak mampu berjalan terlalu jauh.
Sutarmi datang ke UGM memenuhi undangan pertemuan orang tua mahasiswa baru program sarjana, Senin (7/8) bersama dengan sekitar 6 ribu orang tua mahasiswa baru lainnya. Namun, secara khusus dia diminta maju ke atas panggung bersapa langsung dengan Rektor UGM. Dia dinilai berhasil membesarkan dan mendidik anaknya hingga masuk UGM di tengah keterbatasan ekonomi. Puteri bungsunya, Vera Juniati berhasil diterima kuliah di Jurusan Kimia UGM tanpa tes dan mendapatkan beasiswa bidikmisi bagi anak-anak berprestasi dari keluarga kurang mampu. Dengan beasiswa itu Vera dibebaskan dari berbagai biaya kuliah hingga delapan semester kedepan.
Tatkala Rektor UGM, Prof.Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., menyapa dan menanyakan perasaannya setelah tahu anaknya bisa masuk UGM, wanita asal Ngadirejo, Mojokerto, Kedawung, Sragen ini tidak bisa banyak berkata-kata. Namun, kegembiraan jelas terpancar dari raut wajah Sutarmi yang sehari-hari menjadi pemecah batu kali ini. Akhirnya, satu dari lima anaknya ada yang berhasil mengenyam bangku pendidikan tinggi. Hal yang sangat mustahil terwujud dengan kondisi ekonomi keluarga yang serba tidak berkecukupan. Namun, kegigihan Vera dalam belajar membuahkan prestasi manis dan meruntuhkan tembok-tembok penghalang dalam menggapai pendidikan.
“Kulo niki wong bodho, seneng anak saged kuliah wonten UGM (red-saya ini hanya orang bodoh, sangat senang anak bisa kuliah di UGM),” ucapnya spontan.
Rona bahagia kian memancar ketika Rektor UGM memberikan sepeda onthel untuk transportasi anaknya selama menjalani kuliah nantinya. Sutarmi hanya bisa berucap syukur dan terima kasih kepada UGM yang telah memberikan perhatian kepada anaknya.
“Sepeda ini bisa digunakan untuk transportasi selama kuliah, semoga bisa memperlancar kuliahnya,”harap Rektor.
Selain Sutarmi, dalam kesempatan itu terdapat tiga orang tua mahasiswa baru lainnya yang juga mendapatkan bantuan sepeda. Mereka adalah Sukirno pedagang asal Purbalingga, Asrida juru masak asal Sumatera Barat, dan Mulyadi Mamonto dari Manado. Keempatnya merupakan perwakilan orang tua atau wali mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi UGM yang sengaja diundang untuk menginspirasi para orang tua mahasiswa lainnya sehingga bisa terus mendukung para putra dan putrinya menggapai pendidikan setinggi-tingginya.
UGM membuka akses pendidikan untuk semua kalangan, termasuk dari keluarga kurang mampu. Bahkan, sekitar 27 persen mahasiswa UGM berasal dari keluarga kurang mampu. Seperti diketahui, pada tahun ajaran 2017/208 UGM menerima sebanyak 8.322 mahasiswa meliputi 6.128 program sarjana dan 2.194 Sekolah Vokasi. Dari jumlah tersebut 2.213 diantaranya (27%) merupakan mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Di hadapan para orang tua mahasiswa baru, Rektor UGM menyampaikan harapan kepada para mahasiswa baru agar nantinya dapat menjalani perkuliahan dengan baik dan lancar serta dapat lulus tepat waktu. Lebih dari itu, di masa mendatang diharapkan dapat menjadi pemimpin bangsa yang memiliki karakter mulia.
“Sinergi orang tua dengan universitas sangat kami harapkan untuk mendukung kesuksesan dalam menjalani kuliah. Semoga putra-putri Bapak dan Ibu semua dapat sukses belajar di UGM,” kata Panut. (humas UGM/Ika: foto: Firsto)