Program Studi Arsitektur UGM menyelenggarakan kegiatan Arch+Art Summer Course 2017 selama 10 hari pada 2-12 Agustus 2017. Kegiatan yang melibatkan mahasiswa dan dosen dari perguruan tinggi luar negeri serta mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia ini diselenggarakan untuk memperkaya kosakata arsitektur terkait estetika, seni dan fungsi, serta menambah pemahaman dan pengalaman terkait seni dan budaya lokal kepada seluruh peserta yang merupakan mahasiswa arsitektur.
“Pada kadar tertentu, estetika bersifat general pada bidang seni, desain dan arsitektur. Nilai estetika pada bidang-bidang tersebut mungkin berbeda dalam praktiknya. Kemungkinan ada perbedaan perkembangan konsep, metode dan ekspresinya,” ujar Kaprodi Arsitektur UGM, Diananta Pramitasari, Senin (14/8).
Dian menambahkan, Arch+Art Summer Course 2017 ini diharapkan semakin menumbuhkan interaksi antara bidang-bidang tersebut sehingga dapat memperkaya masing-masing keilmuan, terutama arsitektur, dan menguatkan arsitektur sebagai ilmu yang terbuka dan lintas disiplin.
Selain itu, menurutnya, kegiatan ini juga menawarkan suasana belajar yang menarik karena Yogyakarta memiliki reputasi yang baik sebagai tempat untuk belajar, tidak saja karena keberadaan institusi pendidikan besar seperti UGM, tetapi juga karena nafas budaya masyarakatnya memberikan suasana belajar yang baik.
“Kekayaan budayanya adalah pustaka, yang dapat dieksplorasi sebagai bahan pembelajaran, stimulan dalam membangkitkan sisi kreativitas, di samping pembekalan pengetahuan terkini tentang karya-karya arsitektur yang bermutu. Arch+Art Summer Course 2017 ini diharapkan menjadi program yang dapat meningkatkan keunggulan dan reputasi Prodi Arsitektur UGM melalui program-program yang berkualitas dan berkelanjutan,” jelas Dian.
Selain di dalam Kampus Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan UGM, penyelenggaraan workshop, studio, dan eskursi kegiatan Arch+ArtSummer Course 2017 juga dilaksanakan di berbagai tempat di Yogyakarta, seperti Kotagede, Desa Deksa Kalibawang Kulon Progo, Bumi Pemuda Rahayu Dlingo, Yogyatorium, dan Kasongan. Pameran penutupan yang menampilkan hasil karya desain seluruh peserta pun telah dipamerkan di Lorong Kasongan pada 11 Agustus silam.
Sebanyak 15 mahasiswa asing dan 5 dosen asing berkesempatan untuk merasakan atmosfer belajar tersebut dalam Arch+Art Summer Course. Mereka berasal dari Tohoku University, National University of Singapore, Universiti Sains Malaysia, Chiang Mai University, dan Adamson University/ De La Salle College of Saint Benilde Phillippine.
“Selain itu, ada 23 mahasiswa dalam negeri dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan Universitas Kristen Duta Wacana juga turut menjadi peserta,” imbuh Dian.
Penyelenggaraan acara ini juga didukung oleh berbagai seniman dan arsitek Yogyakarta. Beberapa seniman dan arsitek asal Yogyakarta yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan kuliah seni, workshop serta studio antara lain Samuel Indratma, Sindung Tjahyadi, Eko Prawoto, Ikaputra, Eugenius Pradipto, serta workshop seni Papermoon Puppet Theatre, Alit Ayu, Koskow, Cemeti Institute of Art & Society, dan MES 56. (Humas UGM/Gloria;foto: Agra Locita)