Belasan mahasiswa asing yang sedang belajar di UGM mempertunjukkan kebolehannya dengan memainkan karawitan dalam acara Welcoming Dinner peserta Teaching Indonesian Overseas, Rabu malam (8/5) di pelataran Fakultas Ilmu Budaya UGM. Mereka membawakan gending-gending lantaran sluku-sluku batok, lantaran wulu-wulu songo, lantaran rindu sloko gending dolanan, lantaran gagah seto selendro songo.
Selanjutnya diikuti dengan tari klasik gaya yogyakarta yang dibawakan dosen INCULS (Indonesian Language and Culture Learning Service).
Selesai penampilan tari klasik, lalu dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh Drew dan Eugenie yang mengenakan pakaian adat Jawa. Pelajar Mahasiswa Jerman dan Australia jerman ini secara bergantian membacakan puisi karya penyair Subagyo Sastro Wardoyo yang berjudul “Candi Prambanan†dan puisi “Isteriku†gubahan budayawan Darmanto Jatman. Sebagai penutup, tarian Bali Wiranata dibawakan oleh dua mahasiswa asal Vietnam, Chalerempol dan Chamtrachot.
Turut serta menyaksikan diantaranya Dubes Indonesia di Kamboja Nurahman Oerif, Prof Yang Seung Yoon dari Hankuk University of Foreign Studies China, Australian Consortium for in Country Indonesian Studies (ACICIS), Dr Philip King.
Menurut Prof Dr Syamsul Hadi, S.U, M.A acara welcoming dinner ini untuk mempererat hubungan antara dosen dan para mahasiswa yang belajar di INCULS yang kebanyakan berasal dari luar negeri
“Kita memberikan apresiasi yang setingggi-tingginya kepada dosen-dosen luar yang telah mengajarkan dan memperkenalkan bahasa indonesia di luar negeri,†papar Dekan FIB UGM ini.
Syamsul Hadi berharap bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa komunikasi dunia, maka dari itu diperlukan metode pengajaran yang efektif bahasa Indonesia di luar negeri, memperbaiki kurikulum, bahan pengajaran dan meningkatkan kualitas dosen-dosen.
Tambah Syamsul, berdirinya Pusat Studi Indonesia di berbagai universitas dapat mempererat hubungan kerjasama dengan universitas di luar negeri.
“GuangDong University China dan National University of Vietnam telah meminta UGM untuk mendirikan pusat studi Indonesia,†kata Syamsul Hadi (Humas UGM).