Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri sudah berlangsung lama dan jumlah penutur asing yang belajar bahasa Indonesia pun kian hari kian bertambah banyak.
Maka dari itu menurut Rektor UGM Prof Dr. Sofian Effendi, Universitas Gadjah Mada memandang perlu adanya sertifikasi kompetensi bagi tenaga pengajar bahasa Indonesia (penutur asing).
Melalui Seminar Internasional Teaching Indonesian Oversea yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya, Rektor UGM Prof Dr. Sofian Effendi secara resmi meluncurkan Tes Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing atau Test of Indonesian as a Foreign Language (TIFL), Kamis (10/5) di Ruang Seminar Sekolah Pasca Sarjana.
“Ini satu-satunya tes bahasa Indonesia yang dicanangkan oleh UGM untuk penutur asing, saya meyakini bahwa ini pertama kali dilakukan,†ujarnya.
Kata Sofian, pada tahap awal tes ini mungkin masih mengandung sejumlah kelemahan, tetapi melalui riset yang sungguh-sungguh dan terus menerus tes ini nantinya diharapkan dapat menjadi tes yang handal untuk dipakai di seluruh dunia.
Sofian menjelaskan kerjasama UGM dengan lembaga-lembaga di luar negeri dalam pengajaran bahasa Indonesia yang telah terjalin sejak lama, diantaranya dengan Monash University dan Australia Consortium for in Country Indonesia Studies (ACICIS), Hankuk University for Foreign Studies (Korea Selatan), GuangDong University for Foreign Studies (RRC), Tokyo University for Foreign Studies dan Kokushikan University (Jepang), Konztan Universituy (Jerman), USINDO (Amerika Serikat), Kedutaan Besar Republik Indonesia di Pnom Phen (Kamboja), Thamasat University (Thailand), Islamic Development Bank.
Sementara Nurahman Oerif sebagai pembicara kunci dalam seminar internasional tersebut, memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada INCULS dan UGM, karena telah mampu menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan antar bangsa dalam percaturan masyarakat dunia.
“Sudah saatnya bahasa Indonesia dikelola secara seksama yang tentunya mengikuti pula perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga mampu menjembatani sistem nilai yang mengalami pertumbuhan dalam pergaulan antar bangsa,†kata Dubes Indonesia di Kamboja.
Nurahman menambahkan, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif antar bangsa karena lewat bahasa saling dapat ditumbuhkan saling pemahaman antar budaya dan adat istiadat, pada gilirannya mampu menambah saling pengertian dan kerjasama antar bangsa.
“Kadang-kadang anehnya kita tidak pernah berbangga dan mencintai produk sendiri, malah bangsa internasional yang memberikan appresiasi,’ ujar lulusan Universitas Indonesia (UI) ini.
Menurutnya, kita sebagai bangsa sudah saatnya secara jujur merenungkan mengapa setelah 61 tahun merdeka tidak dapat maju, bahkan bangsa-bangsa lain yang tadinya belajar dari Indonesia bisa lebih maju dari pada Indonesia. Sebaliknya, kita masih asyik menertawakan diri kita sendiri, belum pada tahap memperbaiki diri sendiri. (Humas UGM)