Penyelenggaraan Pimnas ke-30 tahun 2017 berakhir dan ditutup oleh Direktur Kemahasiswaan, Ditjen Pembelejaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Dr. Didin Wahidin, di halaman Auditorium Al-Jibra, Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Sabtu (26/8) malam. Dalam penutupan yang berlangsung hingga larut malam, Tim Pimnas UGM keluar sebagai juara II dan keluar sebagai juara I Universitas Brawijaya juara I disusul Institut Teknologi Surabaya sebagai juara III. UGM keluar sebagai juara II setelah mengantongi 34 medali, terdiri dari 8 emas, 8 perak, 8 perunggu dan 10 favorit.
Didin Wahidin mengatakan dalam Pimnas sesungguhnya tidak ada yang kalah dan semua peserta menjadi pemenang. Kalaupun kemudian ada yang mendapat medali itu adalah predikatnya saja, selebihnya adalah kerja keras.
Menurut Didin yang terpenting adalah bagaimana semua mahasiswa bisa mengambil hikmah dari penyelenggaraan Pimnas. Karena dari Pimnas ini, para mahasiswa bisa belajar ilmiah yang sangat bermutu, sehingga dari sisi keilmuan para mahasiswa berkembang.
“Dalam Pimnas ada kerjasama tim, kerjasama dengan pembina, kerjasama dengan pimpinan universitas dan lain-lain. Sehingga ada bisa masuk disini dan bisa mengambil hikmahnya. Anda semua adalah pemenangnya”, katanya.
Pimnas bukan untuk juara saat ini, namun untuk kelak di kemudian hari pada kehidupan nyata. Di era globalisasi para mahasiswa dihadapkan pada persaingan, bukan hanya dengan sesama mahasiswa, namun bersaing dengan warga dunia.
“Itu perlu pelatihan, dan sudah anda jalani sejak satu tahun lalu semenjak menyusun proposal, kemudian membuat penyajian, kemampuan berkomunikasi dan lain-lainnya. Suasana kompetitif ini kita butuhkan untuk membuat mental kita adalah mental-mental petarung yang akan memenangkan Indonesia dalam persaingan dunia”, tuturnya.
Karena itu Pimnas, menurut Didin Wahidin,tidak hanya membekali mahasiswa hanya untuk berkompetisi namun menyiapkan kemampuan dalam menghadapi abad 21 dengan kreatifitas dan inovasi serta pembelajaran. Dengan model-model semacam itu diharapkan dapat membentuk cara berpikir mahasiswa disaat menghadapi dan mengatasi masalah.
Kasubdit Kreativitas Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan UGM, Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D memberikan apresiasi pada mahasiswa-mahasiswa tim Pimnas UGM beserta para dosen pendamping dan pembina. Dengan hasil keluar sebagai juara II, UGM akan lebih serius untuk menghadapi Pimnas ke-31 mendatang.
Karena itu, untuk Pimnas ke-31 mendatang diharapkan terjadi peningkatan. Karena untuk Pimnas kali ini, semua upaya sudah dilakukan baik faktor teknis dan non-teknis.
“Faktor teknis dan non teknis sudah kita perhatikan. Kita sudah upayakan dan semua support-support sudah kita berikan yang terbaik. Ini murni kita harus meningkatkan program secara terus menerus”, katanya.
Sementara itu, Bangkit Wibowo ketua kontingen Pimnas UGM mengaku sedikit kecewa karena UGM keluar sebagai juara II. Karena bagaimanapun, katanya, UGM berharap bisa keluar sebagai juara umum pada ajang Pimnas ke-30.
“Apapun hasilnya seperti yang sudah dikatakan ini adalah ajang sharing untuk menambah ilmu, ini adalah kompetisi, sewajarnya jika dalam kompetisi ada peringkat I, II dan III, tapi semua adalah pemenang, karena semua memiliki ilmu yang bisa dibagikan”, katanya.
Meski hanya juara II, kata Bangkit Wibowo, tim Pimnas UGM berhasil meraih banyak kemenangan di kategori poster. Sementara Universitas Brawijaya menang pada kategori presentasi.
“Unibraw lebih banyak medali di presentasi dan kita di poster, ya mereka lebih berhak mendapat gelar juara umum”, imbuh mahasiswa FEB UGM. (Humas UGM/ Agung; foto : Firsto)