Indonesia saat ini telah memasuki fenomena bonus demografi. Fenomena ketika Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk usia produktif secara signifikan. Sebagai respons atas isu tersebut, Youth Studies Centre (YouSure) Fisipol UGM dan Institute of Governance and Public Affairs (IGPA) menyelenggarakan Demography Forum UGM. Demography Forum UGM adalah rangkaian kegiatan yang berupaya untuk mendiskusikan, mensosialisasikan serta sebagai upaya untuk menyambut bonus demografi yang akan terjadi di Indonesia pada tahun 2020-2035.
Salah satu agenda utama Demography Forum UGM tahun ini adalah Workshop Demography Forum UGM yang diselenggarakan pada Selasa (29/8) di Eastparc Hotel, Yogyakarta. Workshop tersebut dihadiri Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. dan Dekan Fisipol, Erwan Agus Purwanto, M. Si. Serta menghadirkan Direktur Jenderal Otonomi Daerah (otda) Kementerian dalam Negeri, Dr. Soni Sumarsono, M. DM yang hadir sebagai keynote speaker. Peserta Workshop Demography Forum UGM merupakan para kepala daerah, sekretaris daerah, BAPPEDA dan SKPD dari beberapa daerah di Indonesia.
Pada kesempatan itu, Soni Sumarsono sangat mendorong berjalannya acara workshop Demography Forum. Hal itu terutama karena pemerintah pusat maupun daerah masih belum responsif dalam upaya pemanfaatan bonus demografi. Ia menjelaskan Kemendagri akan memberikan perhatian lebih besar pada bonus demografi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah rencana untuk melakukan pemetaan keahlian penduduk usia produktif sebagai upaya untuk merespons kebutuhan. Mapping atau pemetaan pada sektor yang kontributif pada pertumbuhan ekonomi.
Pemetaan perlu dilakukan berdasar pada prioritas kepentingan daerah. Optimalisasi APBD oleh setiap kepala daerah untuk optimalisasi dan antisipasii bonus demografi serta penciptaan lapangan kerja usia produktif. “Hal tersebut menjadi PR yang akan dibahas oleh pemerintah daerah di workshop ini. Pemetaan dilakukan berdasarkan identifikasi rencana pembangunan daerah menuju pemanfaatan bonus demografi,” jelas Soni.
Sementara itu, Dekan Fispol dalam Konferensi Pers Workshop Demography Forum UGM mengatakan bahwa isu tentang bonus demografi ini sangat penting. Memasuki era reformasi, isu mengenai kependudukan ataupun sumber daya manusia seperti hilang dari permukaan bahkan dari agenda kebijakan. Namun, saat ini Indonesia mulai memasuki fenomena bonus demografi ini sehingga perlu dikelola secara baik.
“Kita perlu menyiapkan secara baik penduduk usia produktif yang memiliki karakteristik sehat, cerdas dan produktif,” ungkap Erwan.
Selain Demography Forum UGM, digelar pula International Conference: Demographic Dividend, Youth, Opportunities, hallenges, and Policy Agendas (DDY – OCAPA). Konferensi internasional diselenggarakan pada Rabu (30/8) di Grha Sabha Pramana.
Hadir sebagai pembicara dalam konferensi tersebut diantaranya, Dr. Sugiarto Sumas (Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan), Prof. Intan Ahmad, (Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti), Prof. Tadjuddin Noer Effendi, Agus Susanto (Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan), Dr. Annette Sachs Robertson (UNFPA), dan Prof. Dann Woodman (University of Melbourne).
Pada panel pertama, Sugiarto menjelaskan bahwa hanya dengan bekerja, bonus demografi itu dapat dimanfaatkan dengan baik. Namun, bila tidak bekerja maka bonus demografi itu tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan bahaya. Oleh karena itu, menurut Sugiarto, untuk dapat bekerja secara optimal setidaknya ada empat bidang garapan yang harus dilakukan.
Bidang garapan pertama adalah melindungi penduduk yang sudah bekerja dapat terus bekerja. Kedua, bagiamana membuka kesempatan kerja agar angkatan kerja baru memperoleh tempat untuk bekerja. Ketiga, memfasilitasi penduduk yang bekerja terus bekerja dan memiliki produktifitas yang tinggi. Keempat, menyiapkan angkatan kerja baru agar memiliki kompetensi yang tinggi sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja.
“Jadi itu lah beberapa cara agar bonus demogrrafi bisa optimal,” ujar Sugiarto.
Ketua Demography Forum UGM, Muhammad Najib Azca Ph.D dalam sambutan konferensi mengatakan bahwa acara ini diharapkan mampu mempertemukan akademisi dan pemangku kebijakan untuk mendiskusikan isu bonus demografi. Melalui konferensi ini diharapkan dapat dikembangkan kajian-kajian yang lebih baik terkait bonus demografi. “Melalui forum ini, para pemangku kebijakan dan akademisi dapat berbagi pengetahuan sehingga menghasilkan banyak hal yang dapat dilakukan ke depan,” ujar Najib. (Humas UGM/Catur)