
Di antara sekian banyak masalah di Papua, salah satu yang harus mendapat perhatian adalah peran pemerintah daerah yang tidak dapat menjalankan fungsi dasar dengan baik. Pemerintah daerah di Papua tidak mampu menjalankan fungsi dasar pelayanan, regulasi dan pemberdayaan.
Tidak mengherankan jika Papua tetap miskin di tengah kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya. Belum lagi dana Otonomi Khusus (otsus) yang melimpah tetapi tidak bisa mendongkrak kualitas pelayanan dasar.
Dr. Bambang Purwoko, MA selaku Ketua Gugus Tugas Papua mengatakan besaran dana otsus disalurkan untuk 4 bidang, yaitu bidang pendidikan (30%), kesehatan (20%), lainnya untuk infrastruktur jalan, jembatan dan lain-lain serta pemberdayaan ekonomi masyarakat. Meski beberapa rumah sakit sudah terlihat baik, namun tetap saja pelayanannya masih sangat buruk.
“Pemerintah daerah terlihat tidak mampu melayani warganya dengan baik. Ada beberapa mahasiswa yang dibiayai untuk kuliah di beberapa perguruan tinggi, berhasil lulus tapi tidak mendapat respons akibatnya tetap menganggur dan tidak dimanfaatkan. Tidak sedikit dari mereka ahli komputer, geografi dan lain-lain,” kata Bambang pada Seminar motivasi dan Kebangsaan bertema “Semangat Kebangsaan dan Nasionalisme dalam Mewujudkan Papua yang Maju dan Sejahtera”, di UC UGM, Rabu (30/8).
Di bidang pendidikan, kata Bambang Purwoko, masukan kualitas siswa Papua ke universitas masih sangat rendah. Jika tidak ada bimbingan, pendampingan dan arahan di awal masa perkuliahan, dipastikan muncul rasa frustrasi dari mahasiswa asal Papua untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas. Pendidikan, menurutnya, masih belum menjadi kesadaran bersama seluruh elemen masyarakat Papua.
Seminar motivasi dan kebangsaan bertema “Semangat Kebangsaan dan Nasionalisme dalam Mewujudkan Papua yang Maju dan Sejahtera” digelar Direktorat Kemahasiswa UGM. Seminar dihadiri 80 mahasiswa dari daerah 3 T di Indonesia, mahasiswa dari Papua, Kalimantan dan lain-lain.
Dr. Senawi, MP, Direktur Kemahasiswaan UGM, mengatakan sebelum perguruan tinggi lain ramai-ramai peduli Papua, UGM sudah lama memulai dengan penerimaan siswa-siswa lulusan Papua untuk kuliah di UGM. UGM berkeyakinan untuk bisa maju bersama untuk itu semua anak bangsa harus dirangkul.
“Kita tumbuhkan rasa cinta Indonesia, jadi tumbuh rasa memiliki, tumbuh rasa menyayangi dan dengan begitu bisa membangun Indonesia lebih baik lagi,” katanya. (Humas UGM / Agung)