Yogya, KU
Sebanyak 17 pasangan melakukan nikah massal di Plaza Fakultas Ekonomi UGM, Sabtu (1/9). Kesemua pasangan berasal dari 7 kecamatan di Kabupaten Sleman, Kecamatan Sayegan, Prambanan, Kalasan, Turi, Tempel, Melati, dan Godean.
Acara nikah massal ini diselenggarakan oleh Tim PKK pimpinan Ny Tatik Ibnu Subiyanto yang bekerja sama dengan Panitia Dies Natalis ke-52 Fakultas Ekonomi UGM.
Menurut Ny Tatik, dari 22 pasang pendaftar, hanya 17 pasang yang memenuhi syarat. Salah satu persyaratan yang mesti dipenuhi yaitu harus memiliki KTP Sleman atau surat keterangan berdomisili dari Kelurahan setempat. Selain itu, harus memiliki surat cerai bagi mereka yang berstatus duda atau janda.
Ibu Tatik menyampaikan beberapa alasan diselenggarakan nikah massal ini, salah satunya keprihatinan dirinya melihat kondisi sosial para peserta nikah massal yang rata-rata bekerja sebagai pemulung, supir, pedagang, buruh, pengamen, dan pengangguran. Bahkan di daerah pedesaan, banyak para pasangan yang melakukan nikah sirih atau tanpa nikah tapi kumpul bersama (kumpul kebo).
“Kita ingin menolong mereka agar bisa nikah secara sah, baik secara agama dan secara hukum, kita mengajak mereka menikah secara resmi dan tidak kumpul kebo lagi,†ujar tatik.
Tatik mengutarakan bahwa persiapan pelaksanaan nikah masal ini tidak semudah apa yang dibayangkan sebelumnya, meski banyak beberapa pasangan sudah yang mendaftar, namun terkendala barbagai persyaratan administrasi yang belum bisa terpenuhi.
“Banyak kendala yang kita temui, diantaranya mereka belum kelar mengurusi surat cerai dengan pasangan pertamanya, ada juga pasangan yang sudah pisah lama namun tanpa surat cerai, ada juga salah satu pasangan yang terpisah jauh padahal masing-masing sudah merelakan mantan pasangannya untuk menikah lagi,†kata isteri Bupati sleman ini.
Pasangan suami isteri yang melangsungkan pernikahan missal ini rata-rata sudah berusia lanjut. Pasangan tertua bernama Painah (64 tahun) dan Tugiono (78 tahun) berasal dari Kecamatan Sayegan. Sedangkan pasangan termuda yang berasal dari kecamatan Prambanan, yakni Rugimin (22 tahun) dan Sri Sumiati (18 tahun).
Rugimin mengaku sudah pacaran selama 3 tahun dengan Sri, keinginan untuk menikah sudah lama mereka rencanakan tapi terbentur oleh biaya. “Sebelumnya, kita berencana ingin menikah dengan biaya sendiri tapi karena ada acara ini, maka kita diikutsertakan oleh bapak Dukuh,†tutur pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan ini. (Humas UGM)