Yogya, KU
Dr Ir Akbar Tandjung resmi tercatat sebagai Doktor ke 860 yang sudah diluluskan oleh Universitas Gadjah Mada. Bahkan mantan ketua umum partai Golkar ini berhasil lulus dengan meraih predikat cum laude.
Dalam pelaksanaan ujian terbuka, Sabtu (1/9) di Gedung Pasca Sarjana UGM, Akbar mampu mempertahankan disertasinya di hadapan 9 tim penguji yang diketuai oleh Prof Dr Irwan Abdullah. Adapun judul Disertasi yang dipertahankan oleh Akbar Tandjung, ‘Partai Golkar dalam Pergolakan Politik Era Reformasi; Tantangan dan Respons’.
Ujian terbuka program doktor ini dihadiri ratusan orang. Tampak hadir antara lain Menteri Pekerjaan Umum Dr Ir Djoko Kirmanto, Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Asya’ri, Sekjen PDIP Pramono Anung, Ketua DPP PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan sejumlah tokoh lain.
Akbar mengaku selama 2,5 tahun dirinya terkonsentrasi untuk menyelesaikan disertasinya. “Dalam 2,5 tahun ini perhatian saya ke arah pembuatan disertasi,†ujarnya.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini dalam disertasinya secara tegas mengkiritik kepemimpinan partai berlambang beringin sekarang ini. Menurut Akbar, kepemimpinan partai saat ini tidak memiliki pola dan perencaanan yang sistematis dalam menghadapi agenda politik ke depan, khususnya pemilihan umum 2009.
Tambah Akbar, pimpinan Partai Golkar saat ini tidak terlihat sikap responsif terhadap aspirasi rakyat. Hal ini bertentangan dengan jargon politik ‘Bertindak cepat untuk rakyat’.
“Sementara faksi-faksi dalam Partai Golkar semakin mengemuka yang pada gilirannya akan dapat mengancam solidaritas partai yang menempatkan partai Golkar pada kondisi yang rentan,†katanya.
Akbar juga secara pedas mengkritisi pola rekruitmen kader yang semakin jauh dari ukuran obyektif dan berdasarkan pada prinsip merit system, tetapi sudah mengarah dalam praktik-praktik nepotisme dalam lingkungan elit Partai Golkar. Untuk itu Akbar melihat perlunya langkah konkrit guna menghadapi agenda politik ke depan seperti rencana operasional pemenangan pemilu.
“Juga diperlukan kepemimpinan partai yang sesuai dengan mekanisme dan aturan organiasi serta mekanisme rekruitmen kader secara obyektif berdasarkan merit system. Semua itu membutuhkan kepemimpinan yang visioner dan tidak berfikiran jangka pendek,†tegasnya.
Prof Irwan Abdullah selaku ketua tim penguji pada ujian terbuka tersebut mengaku kualitas akademik yang dicapai Akbar Tandjung merupakan kualitas yang tinggi, disebabkan pengalaman Akbar yang cukup panjang di Golkar yang telah diangkat sebagai sebuah topik penelitian.
“Dalam disertasinya kita melihat kekayaan data dan kemampuan akademik beliau untuk mampu terlibat dalam wacana akademik, seperti menguji kembali pikiran Huntington, jadi bukan hanya sebagai praktisi,†tegasnya.
Bahkan Irwan Abdullah mengaku bahwa Akbar Tandjung merupakan seorang Promovendus yang sangat rajin berkonsultasi dengan tim promotornya saat masih mengerjakan disertasi. Selain itu, lanjut Irwan, Akbar juga dinilai mampu mempertahankan penelitian dan disertasinya di hadapam publik dengan sangat baik.
Sementara Prof Dr Ichlasul Amal, MA selaku ketua tim promotor menuturkan bahwa selama menjalankan konsultasi, bersama Akbar tidak jarang dirinya sering melakukan perdebatan yang cukup intens. Kata Amal, perdebatan yang dilakukan mereka berdua hanya untuk menafsirkan suatu fakta dengan dengan kebenaran ilmiah.
Menurut Amal, proses perdebatan yang dilakukan pun masih dalam tingkat kewajaran karena proses ini akan dialami oleh siapa saja yang mengambil program S3, bahkan tidak jarang mereka yang mengambil doktor pun mengalami frustasi yang mendalam dan berkepanjangan.
“Terus terang kami sebagai dosen pembimbing mulanya agak khawatir dengan pendidikan doktor yang ditempuh Akbar Tandjung, karena sebelum ini sudah ada tiga korban yang tidak berhasil menyelesaikan S3 nya, diantaranya satu anggota DPR, mantan anggota DPR dan mantan menteri, serta satu dosen, dua diantaranya meninggal dan satu pingsan saat mempertahankan disertasinya,†kata Amal.
Amal mengakui, Akbar Tandjung dapat mampu melepaskan simbol-simbol kemapanan yang dimilikinya, tidak jarang Akbar melakukan sendiri tugasnya dalam menyelesaikan studinya.
Amal mengaku, dirinya sering melihat Akbat berjalan sendirian ke kantor pascasarjana sekedar untuk mengurus registrasi, menemui para dosen, atau membaca buku di perpustakaan dengan memanggul tas ransel yang menjadi kebanggan mahasiswa.
“Hanya saja kami sempat risau saat itu, dengan tas ransel yang disandangnya, jangan-jangan ada mahasiswi yang tertarik padanya,†celoteh Amal yang disambut tawa para ratusan undangan yang hadir.
Sukses yang diraih Akbar Tandjung meraih Doktor, lanjut Amal, akan membawa tanggungjawab baru bagi Akbar untuk mengemban ilmunya, “ Semua ini bukan akhir dari tugas, tapi awal beban baru yang mesti diemban dari hasil penelitian yang sudah dilakukan,†katanya. (Humas UGM)