• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pembangunan Berkelanjutan Efektif Tekan Kesenjangan Wilayah

Pembangunan Berkelanjutan Efektif Tekan Kesenjangan Wilayah

  • 04 September 2017, 21:22 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 10080
  • PDF Version
Pembangunan Berlekanjutan Dinilai Efektif Tekan Kesenjangan Wilayah

Kesenjangan pembangunan yang terjadi antar wilayah di Indonesia disebabkan bukan hanya karena kegagalan dalam proses penyelenggaraannya namun lebih disebabkan paradigma dan konsep pembangunan yang selama ini berorientasi pada laju pertumbuhan ekonomi dengan basis peningkatan investasi dan teknologi. Akhirnya, konsep pembangunan tersebut ternyata menimbulkan persoalan baru dengan munculnya eksploitasi sumber daya alam yang melampui batas kemampuan daya dukung dan terjadinya kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk menerapkan pembangunan wilayah berkelanjutan harus dilaksanakan dalam rangka mengurangi angka kemiskinan, menekan kesenjangan sosial ekonomi dan ketimpangan antar wilayah. Hal itu dikemukakan oleh Dosen Geografi UGM, Dr. Luthfi Muta’ali ,M.T., pada orasi ilmiah yang bertajuk Penguatan Kerangka Kerja Pembangunan Wilayah Berkelanjutan di Indonesia pada puncak acara Dies Natalis Fakultas Geografi UGM ke-54, Senin (4/8) di ruang Auditorium Merapi, Fakultas Geografi UGM.

Ketimpangan pembangunan, kata Luthfi, terjadi antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan Timur, serta antar kota dan desa. Ia mengutip laporan laporan BPS tahun 2016 yang menyebutkan 80,34% perekonomian terkonsetrasi di Jawa dan Sumatera. Sementara sejumlah propinsi, seperti Aceh, Sumatera Selatan, Riau, sebagian besar Kalimantan dan Papua merupakan daerah penyumbang devisa terbesar negara karena kelimpahan sumberdaya namun daerah-daerah tersebut justru mengalami kemunduran ekonomi terutama masalah kemiskinan di tingkat desa.”Yang lebih mengenaskan adalah fakta kemerosotan sumberdaya alam dan kualitas lingkungan,”katanya.

Di samping itu, kebijakan fiskal baru tentang pembagian dana bagi hasil yang besar bagi wilayah-wilayah tersebut ternyata belum juga mampu menyelesaikan masalah kemiskinan dan kesenjangan. Oleh karena itu, menurutnya diperlukan pendekatan yang mampu mengintegrasikan antas sistem wilayah, baik perkotaaan-perdesaaan maupun mengurangi kesenjangan antar wilayah. Kesenjangan wilayah yang sistemik akhirnya, kata Luthfi, telah memunculkan niat pemerintah untuk melakukan revolusi spasial dengan melakukan pemindahan ibukota NKRI.

Paradigma pembangunan wilayah ke depan setidaknya memiliki  empat aspek penting, yakni mencapai pertumbuhan, pemerataan,kesejahteraan dan keberlanjutan yang berimbang. Diantara keempat aspek tersebut, keberlanjutan menjadi pondasi pembangunan wilayah dan menjadi tujuan jangka panjang. “Yang tidak kalah penting, pendampingan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sebagai implementator pembangunan berkelanjutan juga menjadi perhatian dan tantangan kita,”ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Mantan Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhanas RI sekaligus Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan (PPK) UGM, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno,M.Agr. Menurutnya, ada delapan elemen atau gatra dalam sistem ketahanan nasional RI, yakni gatra letak dan kedudukan geografi, kekayaan alam, kemampuan penduduk, gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Menurutnya, gatra geografi beberapa tahun terakhir mengalami penurunan karena dipengaruhi gatra yang lain, yakni gatra ideologi dan sosial budaya. “Selama enam tahun, kedua gatra ini warna kuning atau kurang tangguh. Kedua gatra ini juga memengaruhi kehidupan politik dan pengelolaan kekayaaan sumber daya alam,” kata Djagal. 

Ia menambahkan gatra letak dan kedudukan geografi sejak 2010 hingga 2013 dinilai oleh Lemhanas masih kurang tangguh yang disimbolkan dengan tanda kuning, sedangkan kondisi tangguh dengan warna hijau. “Sempat hijau tahun 2014 lalu kuning lagi tahun 2015, dan hijau lagi tahun 2016,” katanya.

Persoalan gatra geografi ini, menurut Djagal, terkait dengan pembangunan pemanfaatan tata guna lahan, kemampuan daya dukung lingkungan, batas wilayah, kemiringan lahan, sarana dan prasarana, dan jalur laut kepulauan Indonesia. “Dari aspek yang diukur secara kumulatif, gatra geografi hanya hijau di tahun 2014 dan 2016. Oleh karena itu, peran dan kontribusi Fakultas Geografi lewat akademisi dan alumninya dalam mendukung gatra ketahanan nasional sangat penting,” ungkapnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Mahasiswa KKN UGM Beri Pelatihan Survei dan Pemetaan Untuk Perangkat Desa Pacitan

    Monday,31 January 2022 - 11:42
  • UGM Buka D4 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Kewilayahan

    Monday,27 March 2017 - 16:31
  • Kekuatan Geser Konektor Pengaruhi Kekuatan Balok Komposit Bambu Laminasi

    Wednesday,19 August 2015 - 14:41
  • Prof. Junun: Geomorfologi Efektif Kurangi Risiko Bencana

    Thursday,25 November 2010 - 9:06
  • Pembangunan Yang Hanya Tekankan Pertumbuhan Justru Pertajam Kesenjangan

    Tuesday,11 September 2012 - 10:07

Rilis Berita

  • Mahasiswa UGM Gelar Forum Mahasiswa Untuk Pilih Rektor Baru 19 May 2022
    Mahasiswa mengadakan acara “Forum Mahasiswa UGM: Memilih Rektor Periode 2022-2027” ya
    Ika
  • UGM Press Terbitkan Buku Antioksidan dalam Penanganan Sindrom Metabolik 19 May 2022
    UGM Press menerbitkan buku berjudul “Antioksidan dalam Penanganan Sindrom Metabolik“
    Gloria
  • Kementerian Desa PDTT dan UGM Kerja Sama Pengembangan Kawasan Transpolitan 19 May 2022
    Ika
  • Kominfo Dorong Anak Muda Kuasai Teknologi Digital 19 May 2022
    Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI, Johnny G. Plate, mengundang anak muda yang me
    Gusti
  • UGM Manfaatkan Lahan Tidur di Klaten Untuk Pengembangan Padi Unggul 18 May 2022
    Fakultas Pertanian UGM berkolaborasi dengan Taman Sehat Rejosari (Tasero) Delanggu Klat
    Gusti

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual