
Sekolah Pascasarjana UGM mengadakan kuliah perdana untuk mahasiswa baru tahun akademik 2017/2018. Kuliah perdana yang dilangsungkan di Auditorium lantai 5 Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (4/9) diisi Dr. Karlina Suppeli, pengajar tetap di Sekolah Tigggi Filsafat Driyarkara, Jakarta yang menyampaikan kuliah bertema Etika Pendidikan dan Pembangunan Manusia Yang Berkelanjutan.
Karlina Supelli mengungkapkan belajar di tingkat pasca, mahasiswa dihadapakan pada beberapa tantangan dan masalah dan mereka diharapkan bisa bersikap. Beberapa tantangan tersebut, diantaranya problem etis di perguruan tinggi, dimensi etis pendidikan, etika pendidikan meliputi etika hidup akademik dan keutamaan intelektual serta manusia pembelajar sepanjangan hayat.
Dalam problem etis di perguruan tinggi, kata Karlina Supelli, sivitas akademika menghadapi berbagai bentuk masalah seperti korupsi. Korupsi mungkin sekali terjadi di dunia perguruan tinggi, seperti korupsi pendidikan, korupsi administratif, korupsi akademik dan korupsi pelayanan.
Korupsi di perguruan tinggi, kata Karlina, penyebabnya sangat bervariasi. Meski begitu, semua terjadi tidak lepas dari lemahnya kesadaran akan integritas akademik.
“Tidak mudah diberantas memang. Karena lemahnya kesadaran bahwa korupsi merusak hidup bersama, dan suap dianggap biasa, takut dan enggan melapor, di sisi lain terjadi apati sosial dan lain-lain,” katanya.
Karena itu, kata Karlina, menyitir pendapat Mohammad Hatta, tujuan utama pendidikan perguruan tinggi adalah membentuk manusia susila dan demokratis yang insyaf akan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat nasional dan dunia. Untuk itu, tujuan utama pendidikan perguruan tinggi lebih menitik beratkan pada pembentukan karakter dan watak.
Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc., Ph.D, Dekan Sekolah Pascasarjana UGM, menyatakan untuk kelancaran studi maka setiap mahasiswa perlu menaati aturan dan pedoman yang ada. Sedangkan untuk syarat kemampuan berbahasa Inggris, para mahasiswa diberi kesempatan paling lama 3 bulan di awal masa studi.
“Mahasiswa bisa memperbaiki nilai kemampuan berbahasa Inggris melalui test khusus yang diselenggarakan oleh universitas atau lembaga test lain yang diakui oleh universitas,” katanya. (Humas UGM/ Agung)