• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Jurnalisme di Era Digital sebagai Transformasi sekaligus Tantangan

Jurnalisme di Era Digital sebagai Transformasi sekaligus Tantangan

  • 06 September 2017, 15:51 WIB
  • Oleh: Satria
  • 25817
Jurnalisme di Era Digital sebagai Transformasi sekaligus Tantangan

Era digital memengaruhi praktik jurnalisme dalam berbagai hal. Jurnalisme di Indonesia juga turut berubah seiring dengan berkembangnya teknologi digital. Berdasarkan data dari Dewan Pers, Indonesia memiliki 1.755 situs berita di tahun 2017. Hal itu disampaikan oleh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) UGM, Kuskridho Ambardi, Ph.D, dalam presentasinya yang bertajuk Digital Journalism: The Contemporary Experience and Views of Indonesian Journalists. Tingginya jumlah situs berita secara tak langsung memperingatkan kita sebagai audiens untuk siap menghadapi arus informasi dan kritis dalam mengonsumsinya.

Menurut Ambardi ada lima tren yang mewarnai media daring di Indonesia. Pertama, penekanan pada aspek kecepatan. Kedua, truth in the making. Ketiga, kecenderungan sensationalism is a menu of the day. Keempat, masih bersifat Jakarta sentris. Kelima, media daring di Indonesia seringkali mempraktikan cara kerja public relations dan memelintir suatu isu. Kelima tren tersebut menjadi poin-poin utama yang dapat kita gunakan sebagai titik kritik dalam mengonsumsi berita daring.

Terkait dengan tren ketiga, ada kecenderungan media daring mengedepankan sensasionalitas dibandingkan akurasi sebuah informasi. “Bisa saja konten media tidak berkualitas karena pembacanya juga tidak berkualitas,” ujar Ambardi. Hal ini adalah tantangan bagi para audiens dalam mengonsumsi sebuah informasi. 

Ambardi mencontohkan tentang gencarnya beberapa media daring Indonesia dalam memublikasikan promosi proyek Meikarta, sebuah kawasan yang akan dibangun oleh Lippo di Cikarang, Jawa Barat. Apa yang dilakukan oleh media daring tersebut menjadi sebuah paradoks. Sebab, proyek Meikarta sebenarnya belum mendapatkan izin resmi dari pemerintah Provinsi Jawa Barat. Peran media sebagai watchdog pun patut dipertanyakan.

Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Thomas Hanitzsch dari Ludwig-Maximilians-Universität München, Jerman, dalam presentasinya tentang Worlds of Journalism Study, bahwa salah satu peran normatif jurnalisme adalah sebagai watchdog.

“Posisi jurnalis di dalam masyarakat adalah isu yang penting,” kata Hanitzsch.

Ia menyampaikan bahwa peran jurnalistik adalah arena bagi para aktor berebut eksistensi atau transformasi dari identitas jurnalisme itu sendiri. Lain kata, jurnalisme merupakan sebuah arena yang sarat dengan kepentingan berbagai pihak.

Hanitzsch terlibat dalam studi tentang jurnalisme, salah satunya Worlds of Journalism Study (WJS). Proyek WJS tahun 2012-2016 adalah mengkaji peran jurnalisme di masyarakat, mencakup pengaruh otonomi terhadap pemberitaan, pandangan etis jurnalis, kepercayaan institusi publik terhadap jurnalis, dan transformasi jurnalisme secara umum. “Worlds of Journalism Study adalah kajian besar dalam bidang kajian komunikasi. Datanya diambil dari 67 negara di dunia,” kata Hanitzsch sebagai salah satu Principal Investigator WJS untuk negara Jerman.

Merujuk pada hasil proyek penelitian WJS, Hanitzsch berkata bahwa jurnalisme memiliki peran dalam menggerakkan perubahan sosial dan mengatur agenda publik. Di samping itu, peran jurnalisme juga sedikit banyak dipengaruhi oleh rezim politik di negara yang bersangkutan. Dalam presentasi ini, Hanitzsch tidak bermaksud memberikan rekomendasi terhadap bagaimana jurnalisme seharusnya dilakukan di Indonesia. “Saya tidak cukup percaya diri untuk memberikan rekomendasi karena saya memiliki perspektif barat. Indonesia sendiri yang harus mencari cara bagaimana peran jurnalisme yang sesuai bagi Indonesia,” tutupnya.

Ambardi dan Hanitzsch menyampaikan presentasi mereka dalam seminar bertajuk Contemporary Journalism in Digital Era, Senin (4/9) yang dilaksanakan di Convention Hall, Perpustakaan Mandiri FISIPOL UGM. Seminar tersebut merupakan rangkaian program World Class Professor (WCP) yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM bekerja sama dengan Departemen Ilmu Komunikasi UGM, Seminar ini bertujuan untuk mengembangkan kajian dalam Ilmu Komunikasi, secara khusus di bidang jurnalisme. (Humas UGM/Satria)

Berita Terkait

  • Jurnalisme di Era Digital sebagai Transformasi sekaligus Tantangan

    Wednesday,06 September 2017 - 15:51
  • Media Jurnalisme Warga Jadi Ajang Bisnis Industri Media

    Monday,25 March 2013 - 13:16
  • Menafsirkan Jurnalisme Fakta dan Makna Jakob Oetama

    Thursday,10 September 2020 - 16:08
  • Sri Adiningsih Luncurkan Buku Transformasi Ekonomi Berbasis Digital di Indonesia

    Friday,23 August 2019 - 13:07
  • Pakar Dunia Bahas Transformasi Digital Pertanian di ICoSIA UGM

    Wednesday,23 November 2022 - 15:17

Rilis Berita

  • Memilih Pemimpin Bukan Hanya Bertumpu Pada Popularitas 05 June 2023
    Sosial Research Center (SOREC) Universitas Gadjah Mada dan Rumah Politik Kesejahteraan (RPK) mend
    Agung
  • Kegiatan Pengabdian BEM KM UGM Libatkan Mahasiswa Internasional 05 June 2023
    Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM menyelenggarakan agenda
    Gloria
  • Mahasiswa Fisipol UGM Borong Prestasi di 6 Cabang Lomba dan 2 Kompetisi Nasional 05 June 2023
    Total 10 tim mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM berhasil meraih pengha
    Satria
  • UGM Jaring Kerja Sama Dengan 50 Institusi Pendidikan di The 75th NAFSA Annual Conference and Expo 2023 05 June 2023
    UGM mengembangkan kerja sama bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (tridarma)
    Ika
  • Mahasiswa Amerika Serikat Belajar Budaya Jawa dan Ajari Santri Gunungkidul Bahasa Inggris 05 June 2023
    Sebanyak 14 mahasiswa dan dua dosen dari Warren Wilson Collage (WWC), Amerika Serikat belajar sen
    Ika

Agenda

  • 06Jun Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Dra. Ratna Susandarini, M.Sc....
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual