Yogya, KU
Sekitar 75 seniman asal Jawa Barat, akan melakukan Gelar Seni Budaya Sunda di Yogyakarta. Acara yang digelar 5-7 September ini salah satu misinya adalah upaya untuk menghapus citra negatif yang kerap kali dilekatkan pada seni Sunda, khususnya ronggeng.
“Memang diakui masih banyak orang berfikir negatif tentang ronggeng untuk itu kami berupaya untuk menghapus citra tersebut,†kata Dr Endang Caturwati, MS selaku ketua pelaksana acara ini, Senin (3/9) di Gedung Sekolah Pasca Sarjana UGM.
Menurut Endang, salah satu pertunjukan yang akan ditampilkan adalah Tari Ronggeng Midang yang akan digelar Rabu (5/9) di Gedung Pusat Kebudayaaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM. Tarian ini mengisahkan tentang kegelisahan ronggeng yang selau disorot negatif oleh banyak orang.
Selain itu juga akan digelar Rengkak Parahiyangan yang akan ditampilkan di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Jumat (7/9). “Sebelumnya, kami sendiri sempat kaget dan tidak percaya apa iya seni sunda boleh tampil di Keraton Yogyakarta. Sehingga ini benar-benar kesempatan yang sangat menarik,†katanya.
Selain menggelar berbagai pertunjukan, bersama acara gelar seni ini akan dilaksanakan juga seminar tentang seni pertunjukan di Tatar Sunda dan Workshop Jaipongan dan Rampak Kendang.
Endang mengemukakan bahwa sosialisasi pertunjukan Seni Budaya Sunda merupakan pengabdian masyarakat mandiri yang diharapkan dapat menjalin hubungan silahturahmi antar seniman, para praktisi dan pemerhati seni serta masyarakat yang mencintai budaya sunda.
Seni pertunjukan sunda, kata lulusan program Doktor Pengkajian seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM ini masih sangat kuat bersumber dari akar seni pertunjukan rakyat baik berupa tari, karawitan maupun teaternya yang tidak lepas dari gerak ibing pencak dan ibing patokan, gending-gending sawilet dan dua wilet dengan tepak kendang yang lembut dan atraktif, serta teater rakyat dengan struktur pertunjukan model longser yang sarat dengan media ungkap. (Humas UGM)