Fakultas Kedokteran (FK) UGM baru saja mengadakan Seminar Manajemen Bencana Kesehatan yang merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian panjang program Community and Family Health Care Inter-Professional Education (CFHC – IPE). CFHC – IPE merupakan salah satu program unggulan FK UGM yang menitikberatkan pada pembelajaran berbasis keluarga dan komunitas. Seminar Manajemen Bencana Kesehatan menghadirkan beberapa pembicara kunci, diantaranya dr. Hendro Wartatmo, SP.BD., dr. Bella Donna, M.Kes., M. Ngainil Malawani, S.Si., M.Sc., dan beberapa pebicara lainnya. Seminar tersebut diaksanakan pada Sabtu (9/9) di Auditorium Rumah Sakit Akademik, UGM.
Seminar diawali dengan materi pertama yang disampaikan oleh dr. Hendro. Ia memaparkan materinya tentang prinsip manajemen bencana sektor kesehatan. Penjelasannya diawali dengan pemaknaan tentang bencana. Hendro mengambil penjelasan dalam UU No 24 Tentang Penanggulangan Bencana yang menjelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Untuk itu, penting bagi petugas kesehatan untuk mengetahui disaster management. Menurutnya, pengetahuan terkait disaster management dapat berguna untuk menentukan keseluruhan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang akan terjadi akibat bencana. Disaster management dapat meminimalkan kerusakan yang terjadi sekali atau telah terjadi dan terjadi langsung pulih dari kerusakan.
Sementara itu, dalam disaster management, menurut Hendro, petugas kesehatan harus berkoordinasi dengan badan yang berwenang dalam pembuatan kebijakan dan administrasi serta kegiatan operasional yang berkaitan dengan berbagai tahapan penanggulangan bencana di semua tingkatan. Di Indonesia , alur disaster management diawali dari BNPB di pemerintah pusat, lalu ke BPBD di provinsi, dan terakhir pada BPBD di tingkat kabupaten atau kota.
“Ini lebih dari sekadar mobilisasi personel tambahan, fasilitas, dan persediaan. Bencana sering menimbulkan hal yang unik dan jarang dihadapi dalam keadaan darurat sehari-hari,” ujar Hendro.
Perlu diketahui, program CFHC-IPE ini bersifat inter profesional, multiple approach dan membutuhkan essential skills. Program tersebut diikuti mahasiswa strata satu dari tiga jurusan di FK UGM, yakni Pendidikan Dokter, Ilmu Keperawatan, dan Gizi Kesehatan. CF
HC-IPE FK UGM telah diselenggarakan sejak tahun ajaran 2013 hingga kini memasuki tahun keempatnya yakni tahun ajaran 2016. Program CFHC – IPE dilaksanakan selama tujuh semester yang terbagi dalam empat tema besar tiap tahunnya.
Dr. Nandyan N. Wilastonegoro, MSc. IH selaku Wakil Ketua Program CFHC – IPE berharap dengan diadakannya program ini mahasiswa lulusan FK UGM memiliki keterampilan lebih dalam menangani pasien secara langsung ketika berhadapan dengan masyarakat.
“Program ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa saat berhadapan langsung dengan pasien khususnya di lingkup komunitas dan keluarga,” ujar Nandyan. Ia juga berharap program ini dapat menciptakan lulusan yang tidak hanya pintar dalam akademis tetapi juga terampil serta menjadi lulusan siap kerja yang dapat membantu masyarakat. (Humas UGM/Catur)