
Sebanyak 75 tenaga laboran dari 75 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Se-Indonesia mengunjungi Sekolah Vokasi UGM pada Kamis (14/9) sebagai bagian dari kegiatan bimbingan teknis peningkatan kompetensi tenaga kependidikan SMK. Kunjungan ini dilakukan sebagai bentuk sinergi antara SMK dan Sekolah Vokasi, serta sebagai sarana bagi para tenaga kependidikan untuk meningkatkan kompetensi serta pemahaman akan pelaksanaan pendidikan kejuruan.
“Harapannya dari kunjungan ini mereka dapat melihat cara perawatan alat, pengoperasiannya dan hal-hal mendasar yang harus ada di laboratorium pendidikan,” ujar Kepala Seksi Perencanaan Kebutuhan pada Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikdasmen Kemdikbud, Muhammad Iswandi, S.H., M.Sc.
Iswandi menuturkan, dari seluruh peserta yang mengikuti bimbingan teknis ini, lebih dari 80% baru pertama kali ini mengikuti kegiatan serupa. Padahal, peningkatan kompetensi tenaga kependidikan merupakan salah satu hal yang harus dilakukan untuk mengembangkan pendidikan kejuruan yang berkualitas.
“Kalau tidak pernah mengikuti bimbingan teknis, bagaimana bisa mengetahui apakah yang dikerjakan sudah betul. Dengan bimtek para laboran bisa menambah wawasan dan ke depannya kita juga akan lakukan sertifikasi,” imbuhnya.
Kegiatan ini mendapat sambutan baik dari Dekan Sekolah Vokasi UGM, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa akan selalu membuka pintu bagi institusi pendidikan yang ingin berkunjung dan melihat pelaksanaan kegiatan pendidikan di Sekolah Vokasi.
“Kalau ada institusi yang ingin menimba ilmu di sini, kami akan sangat terbuka membagikan ilmu dan kami pun akan belajar balik dari tamu kami. Kami bukan ingin menunjukkan diri jadi yang terbaik, tapi sama-sama bersinergi memajukan pendidikan vokasi di Indonesia,” kata Wikan.
Pendidikan saat ini, menurutnya, mengalami gejala yang mengkhawatirkan ketika seorang siswa hanya mengejar gelar dan nilai yang baik, tapi justru tidak mengejar kompetensi yang diperlukan untuk terjun ke dunia kerja. Hal ini, ujarnya, adalah salah satu kritik yang sering terlontar dari para pengusaha yang ingin merekrut lulusan institusi pendidikan tinggi.
“Indonesia baru demam vokasi beberapa waktu belakangan karena Presiden Jokowi berulang kali menyebut-nyebut perlu memajukan vokasi. Selama puluhan tahun pendidikan kita sudah sakit parah karena yang dikejar hanya gelar dan bukan kompetensi,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, Wikan menganggap menjadi hal yang penting bagi institusi pendidikan vokasi untuk bersama-sama bersinergi membangun pendidikan vokasi di Indonesia agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang ideal dengan kualitas yang setara dengan institusi pendidikan di negara-negara maju.
“Kami berambisi mengajak vokasi di Indonesia untuk bersatu menjadi vokasi terbaik di dunia, dan untuk itu juga perlu ada hubungan yang komprehensif antara SMK dan pendidikan tinggi. Semoga ke depan vokasi dapat menjadi jawaban atas kesulitan Indonesia saat ini,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria)