Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., menyatakan bahwa peternakan di negara-negara tropis secara signifikan mampu meningkatkan kedaulatan pangan.
“Peran peternakan di negara-negara tropis menjadi penting sebagai tabungan, akumulasi modal serta menyuplai input bagi tanaman pangan melalui produksi kotoran yang dapat diolah menjadi pupuk,” kata Ali Agus, Kamis (14/9).
Selain itu, kata Ali, upaya mengukur kontribusi peternakan pada kedaulatan pangan di negara-negara tropis sangat penting untuk mengidentifikasi keunggulan dan daya saing komoditas dan produk turunannya.
Ia menunjukkan bahwa peran para petani di negara tropis tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol mekanisme produksi pangan dan kebijakannya. Hal ini disebabkan petani di daerah tropis seringkali dicirikan dengan skala usaha yang kecil.
Hewan ternak, jelas Ali, telah melekat pada kehidupan petani kecil di negara-negara tropis. Oleh karena itu, melibatkan rumah tangga petani kecil dalam mekanisme produksi dan kebijakan berarti ikut mengamankan kedaulatan pangan sebua hnegara.
ISTAP yang mengambil tema “Contribution of Livestock Production on Food Sovereignty in Tropical Countries” merupakan seminar yang berkontribusi penting dalam perkembangan kedaulatan pangan nasional. Seminar dihadiri sekitar 250 peserta dari 11 negara di wilayah tropis.
“Seminar ini memperkenalkan ilmu dan peralatan baru yang diperlukan dalam mempertahankan lingkungan yang aman dan menemukan upaya yang lebih efektif untuk menjawab tantangan di masa mendatang,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengungkapkan dalam pengertian yang lebih komprehensif, kedaulatan pangan tidak hanya diartikan sebagai ketersediaan pangan, tetapi juga akses terhadap pangan yang berbasis potensi lokal.
“Indonesia dan negara-negara tropis lain kaya akan sumberdaya ternak lokal dan keanekaragaman ternak. Ini adalah aset potensial yang berguna dalam pasar domestik maupun internasional di masa mendatang,” kata Panut ketika membuka acara ISTAP.
Namun, lanjut Rektor, di negara-negara tropis produksi ternak masih dijalankan oleh peternak kecil.
“Permasalahan-permasalahan seperti tidak seimbangnya supply dan demand produk ternak tropis di pasar, kapasitas dan kapabilitas peternak yang masih rendah, dan kurangnya inovasi dan teknologi menjadi tantangan bagi tercapainya kedaulatan pangan,” kata Rektor.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut, diperlukan sinergi di antara pada stakholders, yaitu pemerintah, peternak, masyarakat, peneliti, dan akademisi.
“Seminar ini merupakan sinergi antara pemerintah, peneliti, dan akademisi yang diwujudkan melalui presentasi dan diskusi ilmiah. Permasalahan mengenai kedaulatan pangan akan dibahas di sini untuk menemukan solusi serta rekomendasi dalam produksi ternak tropis,” jelas Rektor. (Humas UGM/Satria)