
Puluhan akademisi, meliputi mahasiswa, peneliti, dan dosen dari berbagai perguruan tinggi di Amerika, Singapura, Filipina, dan Indonesia berkumpul di UGM untuk menghadiri The 5th Annual Conference on Muslim World 2017. Kegiatan digelar selama dua hari, 18-19 September di FISIPOL UGM untuk mendiskusikan tentang dunia muslim dan demokrasi secara mendalam.
Konferensi ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan atas kerja sama Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL UGM dengan The Institute for Religion, Politics, and Culture (Program in Islamic, Turkish, and Near-Eastern Studies) Washington College dan Creative Learning, sebuah organisasi berbasis non-profit dari Washington DC. Kegiatan kali ini mengangkat tema “Muslim World” yang secara lebih spesifik mengulas mengenai keterkaitan dunia muslim dengan demokrasi.
Koordinator panitia, Yunizar Adiputer, M.A., menyampaikan pemilihan topik demokrasi ini bukan tanpa alasan. Islam dan demokrasi seringkali dibayangkan sebagai dua entitas yang saling bertolak belakang. Hal ini menjadikan topik menarik untuk diteliti seiring dengan kebutuhan mengevaluasi kembali relasi antara keduanya.
“Selain itu, Indonesia juga merupakan tempat yang dirasa cocok untuk melihat fenomena tersebut lebih jauh, mengingat Indonesia merupakan negara demokrasi dengan penduduk muslim terbanyak di dunia,” paparnya, Senin (18/9) di sela-sela kegiatan.
Melalui konferensi ini diharapkan dapat menjadi wahana untuk memperdalam diskusi terkait berbagai topik dalam studi dunia Islam dan juga demokrasi. Kegiatan ini akan mempresentasikan 21 paper yang dikelompokkan dalam enam topik utama, yaitu terkait sisi gelap demokrasi, Islam dan politik, muslim sebagai minoritas, Islam dan politik identitas, demokrasi dan ideologi, serta konsolidasi demokrasi.
Konferensi ini akan menghadirkan Professor Muqtedar Khan dari University of Delaware sebagai pembicara kunci. Rencananya, Muqtedar akan menyampaikan topik tentang Islam dan demokrasi setelah Arab Spring pada Senin (18/9) malam. (Humas UGM/Ika)