• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar UGM: Kelola Air Hujan Solusi Mengatasi Kekeringan

Pakar UGM: Kelola Air Hujan Solusi Mengatasi Kekeringan

  • 20 September 2017, 16:14 WIB
  • Oleh: Agung
  • 7662
Agus Maryono: Kelola Air Hujan Solusi Kekeringan

Musim kemarau yang terjadi di Indonesia beberapa bulan belakangan ini mulai berdampak kepada masyarakat. Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kondisi ini akan terus terjadi sampai akhir September, dan hujan baru akan terjadi pada Oktober dan November.

Menurut Dr.-Ing. Ir. Agus Maryono, dosen Magister Teknik Sipil UGM, masalah kekeringan sesungguhnya dapat diselesaikan dengan merubah budaya masyarakat dan beberapa pihak terkait. Budaya tersebut antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi bencana kekeringan.

Belum membudayanya kegiatan "memanen" dan "menabung" air hujan oleh masyarakat dan pemerintah/ pemerintah daerah ini menjadikan tidak adanya persediaan air di masyarakat di saat musim kemarau. Ketidaksiapan masyarakat inilah yang menimbulkan penderitaan kekeringan di berbagai daerah.

"Karena itu, gerakan "memanen" dan "menabung" air hujan mestinya bisa menjadi suatu gerakan, gerakan masyarakat menghadapi bencana kekeringan dan bukan selalu bergantung pada pemerintah," katanya, di ruang rapat Humas dan Protokol UGM, Rabu (20/9) dalam jumpa pers bertema Menangani Masalah Kekeringan, Banjir dan Kerusakan Lingkungan.

Penyelesaian masalah kekeringan melalui "memanen" dan "menabung" air hujan sekaligus meningkatkan kesiapan  masyarakat menghadapi bencana kekeringan, menurut Agus Maryono, dapat dilakukan secara preventif (sebelum terjadi kekeringan) dan kuratif (saat terjadi kekeringan). Cara preventif merupakan upaya antisipasi dan melakukan persiapan di saat musim penghujan sebelumnya. Sedangkan kuratif menggunakan cara-cara pragmatis emergency, misalnya dengan mencari sumber-sumber air, menunggu droping air dan membeli air dan sebagainya.

"Jika hanya cara kuratif yang dijalankan maka hal ini memperlihatkan ketidaksiapan masyarakat menghadapi kekeringan. Apalagi, masyarakat sudah terbiasa dengan menerima bantuan droping air, membeli air dan lain-lain," katanya.

Beberapa cara preventif "memanen" dan "menabung" air hujan saat musim hujan, diantaranya dengan menampung air hujan dengan PAH, memasukkan air hujan ke sumur-sumur resapan sebanyak-banyaknya dan membuat ekodrainase dengan jargon TRAP (Tampung, Resapkan, Alirkan dan Pelihara). Sementara cara kuratif dengan mencari sumber air/mata air yang masih tersisa di sumber-sumber air sepanjang sungai, sumber air pada sungai bawah tanah, sumber air pada sekitar danau, telaga dan situ, sumber air sekitar rawa, sumber air pada daerah sekitar dan sepanjang saluran irigasi dan drainase.

Agus Maryono yakin dengan melakukan pengelolaan air hujan yang baik dapat meningkatkan kualitas lingkungan disamping mengurangi bencana banjir dan kekeringan. Karena itu, semua ini diharapkan menjadi gerakan yang dapat memberdayakan masyarakat.

"Upaya pengurangan risiko bencana kekeringan dengan mengelola atau "memanen" air hujan merupakan upaya nyata mencegah banjir dan mencegah penurunan kualitas air tanah dan permukaan," tandasnya. (Humas UGM/ Agung)

Berita Terkait

  • UGM Dorong Gerakan Memanen Air Hujan Untuk Atasi Kekeringan

    Thursday,21 November 2019 - 14:34
  • Pakar UGM Ajak Masyarakat Memanen Air Hujan

    Friday,14 September 2018 - 16:32
  • Antisipasi Kemarau, Galakkan Gerakan ‘Memanen’ Hujan

    Tuesday,04 August 2015 - 13:05
  • Water Project, Solusi Kekeringan di Gunungkidul

    Wednesday,31 August 2016 - 13:27
  • UGM Gelar Deklarasi Gerakan Memanen Air Hujan

    Wednesday,28 November 2018 - 11:47

Rilis Berita

  • Memilih Pemimpin Bukan Hanya Bertumpu Pada Popularitas 05 June 2023
    Sosial Research Center (SOREC) Universitas Gadjah Mada dan Rumah Politik Kesejahteraan (RPK) mend
    Agung
  • Kegiatan Pengabdian BEM KM UGM Libatkan Mahasiswa Internasional 05 June 2023
    Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM menyelenggarakan agenda
    Gloria
  • Mahasiswa Fisipol UGM Borong Prestasi di 6 Cabang Lomba dan 2 Kompetisi Nasional 05 June 2023
    Total 10 tim mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM berhasil meraih pengha
    Satria
  • UGM Jaring Kerja Sama Dengan 50 Institusi Pendidikan di The 75th NAFSA Annual Conference and Expo 2023 05 June 2023
    UGM mengembangkan kerja sama bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (tridarma)
    Ika
  • Mahasiswa Amerika Serikat Belajar Budaya Jawa dan Ajari Santri Gunungkidul Bahasa Inggris 05 June 2023
    Sebanyak 14 mahasiswa dan dua dosen dari Warren Wilson Collage (WWC), Amerika Serikat belajar sen
    Ika

Agenda

  • 06Jun Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Dra. Ratna Susandarini, M.Sc....
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual