Diazepam merupakan obat esensial golongan benzodiazepin yang dalam Formularium Nasional harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Namun, selama sepuluh tahun terakhir (2004-2013) konsumsi dan penggunaan diazepam di Indoensia cenderung mengalami penurunan.
“Dibandingkan dengan konsumsi tahun 2003-2004, konsumsi tahun 2011-2013 mengalami penurunan hingga 45%,” kata AKBP. Dra.Nunung Priyanti Waluyatiningsih, M.Biomed, Apt., saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Senin (25/9).
Nunung menyebutkan di kawasan ASEAN konsumsi diazepam di Indonesia tergolong rendah. Pada tahun 2011 konsumsi diazepam di Indonesia sebesar 0,35 S-DDD di bawah Thailand sebesar 4,17 S-DDD, Singapura sebesar 2,11 S-DDD, Laos sebesar 0,72 S-DDD, dan Malaysia 0,46 S-DDD.
Dikatakan Nunung, distribusi penggunaan diazepam dilakukan melalui jalur distribusi resmi, yakni lewat beberapa titik distribusi mulai dari produsen, supplier, fasilitas kesehatan sampai ke tangan pasien. Hal tersebut membuka peluang potensi kebocoran di beberapa titik distribusi, seperti apotek, puskesmas, pedagang besar farmasi dan klinik. Infiltrasi distribusi ke jalur tidak resmi tidak teridentifikasi. Tidak terdapat potensi kebocoran di instalasi farmasi pemerintah, industri, dan instalasi farmasi rumah sakit.
Distribusi diazepam ditandai dengan masih banyaknya penyalahgunaan diazepam oleh masyarakat maupun pengungkapan kasus pidana benzodiazepin, baik sebagi pengedar maupun pengguna. Menurutnya, pengawasan di titik distribusi penting dilakukan untuk memastikan ketersediaan diazepam digunakan dan mencukupi untuk pelayanan kesehatan.
“Selain itu, untuk mencegah kebocoran penggunaan ke jalur tidak resmi,”imbuhnya.
Lebih lanjut disampaikan Nunung, di DIY ketersediaan diazepam belum sepenuhnya terpenuhi. Masih banyak dijumpai kekosongan dan belum mencukupi di semua fasilitas kesehtaan di DIY. Kekhawatiran penyalahgunaan dan kekosongan obat menjadi faktor utama penghambat ketersediaan diazepam. Sistem suplai menjadi faktor yang juga memengaruhi ketersediaan diazepam, yang berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan.(Humas UGM/Ika)