
Persamaan corak kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat di kawasan Asia Tenggara memunculkan kesamaan pada permasalahan yang dihadapi dalam berbagai bidang kehidupan. Karena itu, persoalan yang ada dapat dilihat secara komprehensif dalam studi Asia Tenggara. Beberapa hasil dari studi ini dikemukakan dalam International Conference on South East Asia Studies (ICSEAS) yang diselenggarakan Badan Penerbit dan Publikasi UGM, Rabu (27/9) di Hotel East Parc Yogyakarta.
“ICSEAS diselenggarakan untuk memfasilitasi para peneliti di bidang ilmu sosial humaniora, memberikan forum untuk mendiskusikan kajian dan hasil penelitian, khususnya terkait perkembangan studi sosial di Asia Tenggara,” ujar Kepala BPP UGM, Widodo, S.P., M.Sc., Ph.D.
Widodo menjelaskan, konferensi ini merupakan salah satu agenda dari rangkaian konferensi ilmiah tahunan UGM, yaitu UGM Annual Scientific Conference (UASC) yang mencakup kegiatan dalam berbagai bidang ilmu. Penyelenggaraan ICSEAS dikhususkan untuk mengeksplorasi tema-tema yang relevan dengan kondisi sosial saat ini. Karena itu, topik yang menjadi pokok bahasan juga berbeda dibanding tahun sebelumnya.
“Pada ICSEAS pertama tema budaya yang lebih mengemuka, banyak dibahas masalah komunikasi, bahasa, hingga ekonomi. Kalau sekarang isu yang dibahas lebih banyak berkaitan dengan isu mutakhir, seperti soal perbatasan dan sosial media yang saat ini menjadi topik yang hangat,” imbuhnya.
Isu sosial budaya dalam era digital, menurutnya, merupakan salah satu isu yang penting dibahas, terutama di tengah perkembangan teknologi yang masih belum diimbangi dengan pemahaman literasi media yang sesuai.
“Pemahaman literasi kita masih belum siap dengan berbagai isu dari sosial media sehingga akhirnya muncul hoax dan lainnya. Ini salah satu hal menarik yang menjadi kajian acara ini,” jelas Widodo.
Konferensi yang berlangsung hingga Kamis (28/9) ini dihadiri 176 peserta dari berbagai negara, seperti Cina, India, dan Polandia. Beberapa nama pembicara yang hadir, di antaranya Krishna Sen dari University of Western Australia, Australia, Jürgen Rüland dari University of Freiburg, serta Pujo Semedi dan Sri Adiningsih dari UGM.
Selain untuk menyediakan forum diskusi, melalui kegiatan ini BPP selaku badan yang bergerak dalam mendukung produk publikasi tridarma universitas juga ingin mendorong peneliti untuk menghasilkan publikasi yang berkualitas dan dapat diajukan ke berbagai jurnal yang memiliki reputasi internasional.
“Dalam konteks UGM, output acara ini ingin meningkatkan publikasi, mengajak peneliti di bidang sosial untuk mempresentasikan paper serta diajukan ke jurnal publikasi. Jadi, yang diuntungkan adalah sivitas akademika khususnya di UGM, tapi juga bermanfaat bagi yang di luar UGM,”kata Widodo.
Agenda konferensi ini terdiri dari diskusi pleno dan presentasi yang dibagi ke dalam tiga simposium, yaitu Identity and Popular Culture, The Dynamics of Southeast Asian Studies, dan Communication in Digital Society. Makalah yang dipresentasikan dalam konferensi ini nantinya akan diseleksi dan dipilih untuk dipublikasikan di jurnal yang diindeks oleh Scopus atau DOAJ/EBSCO, di antaranya Philipine Journal of Science, Knowledge E, Jurnal Kawistara, Indonesian Journal of Southeast Asian Studies, serta ASEAN Journal on Science and Technology for Development. (Humas UGM/Gloria)