Pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam menunjang dan menggerakkan dinamika pembangunan. Selain berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah, transportasi juga memiliki fungsi strategis dalam merekat integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jika dilihat dari aspek kepentingan publik, sistim transportasi yang meliputi transportasi darat, laut dan udara mengemban fungsi sebagai pelayan publik, baik skala domestik maupun internasional. Oleh karena itu, pengembangan transportasi mestinya didasarkan pada pengembangan yang berkelanjutan (sustainability), yaitu melihat jauh kedepan, berdasar perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan.
“Demikian juga dengan perencanaan jangka pendek, seharusnya didasarkan pada pandangan jangka panjang, sehingga tidak terjadi perencanaan bongkar-pasang,†ungkap Prof Dr-Ing Ir Ahmad Munawar MSc, saat pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik UGM, di Balai Senat, Rabu, (7/2).
Dalam pidato berjudul “Pengembangan Transportasi Yang Berkelanjutanâ€, Prof Munawar menjelaskan, saat ini perusahaan-perusahaan transportasi seperti DAMRI, PT Kereta Api Indonesia, Angkutan Penyeberangan sedang menuju arah privatisasi. Langkah yang ditempuh perusahaan-perusahaan transportasi BUMN ini, kata Pak Munawar, diharapkan mendorong perusahaan-perusahaan lebih kompetitif, dengan tetap mengutamakan kepentingan umum dan kepuasan pengguna jalan angkutan umum.
“Untuk daerah perkotaan, masalah transportasi saat ini adalah bagaimana memenuhi permintaan jumlah pengguna jalan yang semakin meningkat, tanpa menimbulkan kemacetan lalu lintas,†ujar dosen FT Sipil UGM.
Baginya, permasalahan transportasi tidak sebatas pada kemacetan lalu lintas, namun juga pada perencanaan sistim transportasi. Oleh karena itu, kata pak Munawar, diperlukan suatu penanganan trasportasi secara menyeluruh.
“Terlepas krisis ekonomi 1997, kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) tetap moda transportasi yang dominan, baik untuk daerah urban maupun sub urban,†tandas Kepala Pusat Studi Jerman 2001 – 2002.
Besarnya populasi kendaraan pribadi ditambah pola angkutan umum tradisional, kata Pak Munawar, telah menimbulkan biaya sosial besar, pemborosan BBM, depresi kendaraan yang terlalu cepat, kecelakaan lalulintas, hilangnya opportunity cost, timbulnya stress, meningkatnya polusi udara dan kebisingan.
“Kenyamanan, keamanan, privacy, fleksibilitas pergerakan dan prestise merupakan faktor-faktor utama yang menyebabkan kendaraan pribadi tetap memiliki keunggulan sebagai moda transportasi di daerah urban,†tandas Pak Munawar, yang menjelaskan pula, bila akibat rendahnya tertib bertransportasi menyebabkan tingginya angka kecelakaan di Indonesia. (Humas UGM).