Menara ilmu dendrology UGM kembali menyelenggarakan kuliah tamu Fitogeografi Pohon yang diadakan di Auditorium Fakultas Kehutanan UGM, Jumat (29/9) lalu. Acara yang dihadiri sekitar 150 peserta ini mengangkat tema pengenalan jenis pepohonan di hutan kerangas, hutan gambut, savana, dan hutan dataran rendah di Indonesia, serta hutan subtropis di Korea.
“Kami ingin para mahasiswa mendapatkan materi kuliah dari praktisi lapangan dengan isu kekinian. Selain itu, mahasiswa dapat melihat sendiri akan pentingnya percaya diri, bahasa asing, jejaring, dan karakter lainnya yang perlu dipersiapkan sedini mungkin demi sukses di masa depan,” jelas dosen Fakultas Kehutanan, Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D.
Dua pembicara dari Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Banjarbaru, Marinus Kristiadi Harun, S.Hut., M.Si. dan Donny Rahmanady, S. Hut., M.Si., mengulas tentang Native Species Hutan Gambut dalam Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG). Donny mengenalkan jenis pohon asli di hutan gambut sedang–dalam, sedangkan Marinus lebih pada native species di hutan kerangas dan gambut tipis sulfat masam.
Selain itu, Marinus juga mengangkat permasalahan terkait jenis akasia yang tumbuh di hutan kerangas. Menurutnya, beberapa keterlanjuran perlu dipertanyakan mengingat hutan kerangas adalah ekosistem labil dengan bahan organik yang tidak begitu dalam. Bila salah kelola maka bencana dapat mudah terjadi, tanah sulit ditanami kembali, dan air menjadi sangat masam.
“Di lapangan, saya menemukan keterlanjuran-keterlanjuran yang tidak sesuai teori. Gambut dalam digunakan sebagai pemukiman transmigrasi atau pertambangan. Pemukiman masyarakat umumnya dibangun di kanan kiri sungai,” papar Marinus.
Selain jenis pohon-pohon di Kalimantan Selatan, kuliah tamu ini turut membahas pohon cendana (Santalum album) dan jenis asli Nusa Tenggara Timur lainnya. Bagi NTT, menurut Lenny Marlina Mooy, SP., MP. yang merupakan staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri (POLITANI) Kupang, memanen air dan memanfaatkannya secara tepat sasaran merupakan 2 hal terpenting mengingat NTT hanya memiliki musim penghujan selama 3 bulan.
Sebagai pembanding hutan tropis yang kaya akan keanekaragaman jenisnya, diangkat pula jenis pohon dari hutan subtropis oleh Kim Hyun Joong, mahasiswa tahun ke-4 Kwangwoon University, Korea. Joong yang saat ini tengah mengikuti pertukaran mahasiswa di Fakultas Kehutanan UGM mengenalkan jenis palmatum maple (Acer palmatum) dengan bentuk dan warna daunnya yang berubah pada saat musim gugur . (Humas UGM/Gloria)