
Perubahan besar dalam bidang komunikasi dan informasi sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh pada penggunaan media massa dalam komunikasi ilmiah di berbagai bidang, termasuk yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya Indonesia. Potensi ini melatarbelakangi Fakultas Filsafat UGM untuk menyelenggarakan The 5th International Conference on Nusantara Philosophy yang mengangkat tema “Philosophy & Social Media: Towards Construction of Meaning and Nusantara Identity.”
“Dalam kesempatan ini perlu diketahui seberapa jauh kontribusi media bagi pengembangan filsafat nusantara, mengingat media memiliki peran strategis untuk menyampaikan informasi mengenai berbagai persoalan maupun temuan-temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujar Prof. Dr. Lasiyo, M.A., M.M. selaku pemateri dalam sesi pertama konferensi ini, Selasa (10/10).
Ia menjelaskan, media sosial berperan dalam penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu yang satu ke individu yang lain, serta penyebaran penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan ke masyarakat luas. Proses ini, menurutnya, merupakan salah satu faktor pendorong bagi pertumbuhan suatu kebudayaan dan akan memperkaya kebudayaan masyarakat.
“Pengaruh dan peranan media terhadap individu maupun kelompok telah menimbulkan berbagai perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, maupun perubahan yang menyangkut hubungan media dengan masyarakat,” paparnya.
Sehubungan dengan pengembangan filsafat nusantara, ia menyebutkan bahwa nilai-nilai dan makna yang ditemukan dalam filsafat nusantara mulai dari nilai dalam tradisi, adat istiadat, dan budaya dapat diinformasikan kepada publik melalui media komunikasi, khususnya media sosial sehingga dapat digunakan untuk mengubah sikap mental seseorang atau kelompok untuk mengadopsi dan mengantisipasi perkembangan sikap mental yang berorientasi masa depan maupun sikap mental yang terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Perkembangan filsafat nusantara diharapkan akan semakin pesat manakala dapat memanfaatkan segala potensi dan sarana yang ada, termasuk media sosial yang saat ini cukup efektif memberikan informasi yang berhubungan dengan berbagai bidang kehidupan termasuk bidang kajian filsafat,” kata Lasiyo.
Meski demikian, ia juga menyampaikan bahwa dalam penggunaan media sosial, para pengguna termasuk akademisi harus memperhatikan norma serta etika akademik yang berlaku. Dengan penggunaan komunikasi yang baik, diharapkan pesan yang dikirimkan bisa sampai tanpa kendala yang berarti.
“Walau etika dirasa penting, sampai saat ini masih belum ada kesepakatan apakah perlu dibuatkan aturan tertulis atau tidak agar terwujud komunikasi melalui media sosial yang baik. Etika dan moral bermedia sosial dalam berkomunikasi menjadi penting dan perlu dimiliki oleh para pelaku termasuk oleh sivitas akademika di perguruan tinggi,” jelasnya.
Konferensi yang berlangsung hingga 11 Oktober ini menghadirkan beberapa tokoh terkemuka di bidang filsafat. Selain Lasiyo yang menyampaikan materi mengenai peran media bagi pengembangan filsafat nusantara, hadir pula pakar filsafat dari Institute of Philosophy Vietnamese Academy of Social Science, Dr. Tran Tuan Phong, yang berbicara mengenai pembangunan berkelanjutan dari perspektif pemikiran ekologis dan etika konfusian. Pada hari kedua, pembicara yang memberikan materi konferensi adalah Dr. Kally Swazey serta Ignatius Haryanto, M.Hum.
“Ada banyak pakar yang membagikan pengetahuan mereka dalam konferensi ini. Saya harap apa yang dibahas hari ini dapat bermanfaat bagi pengembangan filsafat nusantara di tengah era kemajuan teknologi ini, demi mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkontribusi pada pembangunan global,” ujar Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng. D.Eng. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)