Yogya, KU
Fakultas pertanian UGM dan Fakultas Pertanian Universitas Ibaraki Jepang sepakat melakukan kerjasama pertukaran mahasiswa dan melakukan riset bersama.
Demikian yang disampaikan Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D selaku ketua pelaksana ‘Student Workhshop Between Indonesia and Japan 2007’ di Fakultas Pertanian UGM, Senin (12/11).
“Kegiatan ini dilakukan dalam rangka tukar menukar mahasiswa dan tukar menukar informasi untuk mengetahui level ilmu masing-masing dengan fokus pembanguan pertanian yang berkelanjutan,†ujarnya
Menurut staf pengajar jurusan mikrobiologi pertanian ini, topik yang diangkat dalam kerjasama ini yakni pembangunan bidang pertanian yang berkelanjutan agar pertanian tidak eksploitatif dan bisa bermanfaat bagi lingkungan.
“Pertanian tidak hanya dilihat dari kemampuannya menghasilkan pangan, tapi juga bagaimana pertanian mampu memberikan pelayanan kepada lingkungan. Seperti mengurangi pencemaran lingkungan lewat kemampuannya menyerap oksigen,†imbuhnya.
Irfan menegaskan, sebanyak 23 mahasiswa, tujuh professor dan tiga staf dari Fakultas Pertanian Universitas Ibaraki Jepang yang ikut terlibat dalam kegiatan ini. Irfan juga menmbahkan bahwa para peneliti Universitas Ibaraki dan UGM saling mempublikasikan hasil penelitiannya masing-masing.
“Mereka memamerkan padi baru hokiriku 200. Padi ini empuk sekali dibandingkan dengan padi kita, sangat jauh sekali rasanya karena asalnya saja sudah beda,†katanya.
Selain itu, dari sisi lingkungan, kata Irfan, Universitas Ibaraki juga memamerkan hasil penelitiannya tentang kemampuan lingkungan pertanian mengolah limbah lingkungan indutri menjadi lingkungan yang bersih.
“Mereka menciptakan sebuah proses peghilangan nitrogen di air saat memasuki lahan pertanian agar ketika masuk ke sungai tidak lagi mencemari sungai dengan munculnya tanaman eceng gondok melainkan hasil air bersih,†ungkapnya..
Sebaliknya, Fakultas Pertanian UGM akan memperlihatkan hasil penelitian para mahasiswa dan para dosen yang sudah dikembangkan di masyarakat secara langsung
“Yang menarik bagi mereka adalah keterlibatan UGM dalam pengembangan masyarakat dengan menerapkan hasil penelitiannya, karena di Jepang, setiap perguruan tinggi berdiri diri sendiri,†tuturnya.
Salah satu hasil penelitian mahasiswa yang ditunjukan kepada peserta adalah hasil fermentasi kakao di daerah Gunung Kidul.
“Kita akan mengajak mereka meninjau langsung bagaimana masyarakat Gunung Kidul yang dahulunya kesulitan melakukan proses fermentasi kakao karena memerlukan jumlah kakao sekitar satu ton padahal panen kakao per petani hanya 5-10 kilo perhari, tapi lewat hasil penelitian mahasiswa pertanian UGM, kini kakao bisa difermentasi meski hanya 5 kilo,†katanya. (Humas UGM)