Masyarakat di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku memberikan apresiasi terhadap program pemberdayaan UMKM pengolahan kelapa yang dilakukan UGM di kabupaten tersebut dalam satu tahun terakhir.
Respons positif disampaikan oleh Ricky, salah seorang warga yang mengikuti pelatihan pengolahan kelapa menjadi minyak kelapa atau virgin coconut oil (VCO). Meski pada awalnya ia sedikit mengalami kesulitan untuk membuat VCO, kini ia telah melakukan produksi secara rutin dan mendapat penghasilan dari penjualan produk buatannya.
“Hasil penjualannya lumayan untuk mambantu keluarga. Produk ini juga dikonsumsi sendiri oleh kami sekeluarga dan kami merasa ada banyak manfaat kesehatan bagi kami,” ujarnya saat dikunjungi di kediamannya di Desa Isu beberapa waktu lalu.
Tanggapan serupa juga diberikan oleh Leo Koritelu, pemilik perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sabuk kelapa, PT. Transindo Karya Mekar, yang turut terlibat dalam program ini. Program CaRED, menurutnya, memberikan berbagai nilai tambah bagi perusahaan dan masyarakat sekitar melalui pemanfaatan bagian-bagian dari buah kelapa yang selama ini belum dimanfaatkan.
“Dulu kami hanya membuat beberapa produk, seperti kopra serta cocofiber dari sabuk kelapa. Tapi sekarang kami bisa mengolah setiap bagian dari kelapa menjadi arang, VCO, nata de coco, dan produk lainnya sehingga tidak ada bagian yang terbuang begitu saja,” kata Leo.
Pemberdayaan masyarakat ini merupakan salah satu bagian dari program Community Resilience and Economic Development (CaRED) UGM yang diadakan di berbagai daerah di kawasan timur Indonesia. Melalui program yang ditopang dana dari hasil kerja sama UGM dengan Ministry of Foreign Affair and Trade (MFAT) New Zealand ini, lima orang dosen UGM melakukan program pemberdayaan bagi masyarakat setempat untuk mengolah beragam potensi yang ada dengan memanfaatkan inovasi teknologi.
“Program tersebut dilaksanakan di Desa Isu, Kecamatan TNS Waipia, Kabupaten Maluku Tengah, selama periode kurang lebih 30 bulan sejak Juli 2016 hingga Oktober 2018 dan telah mendapat dukungan dari berbagai pihak,” ujar Sutardi selaku Principle Investigator program tersebut.
Ia menjelaskan, dengan lahan perkebunan kelapa mencapai lebih dari 24 ribu hektare dengan total buah kelapa mencapai 29 ribu ton per tahun, potensi untuk mengembangkan industri produk olahan kelapa sangat besar. Meski demikian, ujar Sutardi, para petani dan pengusaha kelapa belum memaksimalkan pengolahan kelapa.
“Sebelumnya, kelapa yang dipanen dari para petani kelapa lebih banyak dijual sebagai kopra, sementara bagian lain dari kelapa tidak dimanfaatkan. Padahal, setiap bagian dari buah kelapa termasuk sabut, air kelapa, dan dagingnya memiliki nilai tambah jika diolah,” imbuh Sutardi.
Dalam tahun pertama pelaksanaan program ini, peneliti UGM mengadakan beberapa kegiatan utama di antaranya pemberdayaan SDM lokal untuk meningkatkan pemanfaatan sabut kelapa, pembuatan santan kental dan VCO, serta pemanfaatan batok kelapa sebagai barang kerajinan dan sumber energi yang terbarukan.
Keberhasilan program ini pun diakui oleh istri Bupati Maluku Tengah yang menjabat sebagai Ketua TP-PKK kabupaten tersebut, Amien Ruaty Tuasikal. Program dari UGM ini, menurutnya, telah mendukung rencana kerja Kabupaten Maluku Tengah untuk menggerakkan usaha rumah tangga dan meningkatkan pendapatan daerah melalui produk-produk yang dihasilkan.
“Kami senang sekali dengan apa yang dikerjakan UGM di sini dalam setahun terakhir. Saya harap dalam waktu mendatang lebih banyak warga yang mengikuti pembinaan dan potensi yang dimiliki kabupaten ini sehingga akan terus berkembang,” ujarnya. (Humas UGM/Gloria)