Secara religi, ketika manusia berdoa menghadap Sang Maha Pencipta, dia harus menampilkan diri sebagai sistem miksroskopik teramat sangat kecil sehingga sifat gelombang rohani dan jiwani yang harus ditonjolkan, bukan menunjukkan sosok materi jasmani atau ragawi yang super makroskopik dengan bobot massa yang besar.
“Jika manusia dapat dipandang sebagai sistem energi maka manusia merupakan sistem di mana berlaku prinsip korespondensi yaitu memiliki sifat materi ragawi dan, jasmani yang mematuhi mekanika klasik Newton dan sifat gelombang (rohani, jiwani) yang taat dan patuh terhadap mekanika gelombang mekanika kuantum,†ujar Prof.Dr.M.Utoro Yahya, M.Sc dalam pidato Pengukuhan Guru Besar di Ruang Sidang Balai Senat (19/2).
Manusia adalah sistem yang menerima energi kalor dari Tuhan dalam bentuk makanan-minuman yang disantapnya kemudian melakukan kegiatan kerohanian maka efisiensi kemanusiaan yang memiliki nilai rasio energi karunia Tuhan dan kerja positif akan selalu kurang dari 100%. Jelas ini menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang ideal dengan efisiensi 100%.
“Tidak ada manusia yang ideal yang mampu memiliki efisiensi 100% karena setiap manusia pasti terlekat oleh dosa sebagai akibat dari tidak menggunakan energi untuk kerja yang positif tetapi untuk mendukung ketidakaturan atau workless energy. Porsi dosa dapat dirasakan sebagai energi yang tidak dapat digunakan untuk kerja karena kita mendukung ketakteraturan sistem sebagai manisfestasi kita terbujuk rayuan setan,†kata Dosen Kimia FMIPA UGM ini.
Menurutnya, secara agamis dapat dikemukakan bahwa efisiensi (berbuat baik) akan membuka pintu surga sedangkan entropi akan membuka pintu neraka. Entropi (berbuat dosa) yang selalu cenderung meningkat. “Mungkin itulah sebabnya mengapa ada ungkapan bahwa menuju surga seperti meniti rambut dibelah tujuh atau dengan perkataan lain masuk neraka selalu lebih mudah daripada masuk surga, karena kecenderungan dosa selalu meningkat,†kata pria kelahiran Cirebon, 2 mei 1943.
Suami dari Rr.Luwi Mulyani ini menyarankan agar bisa menghindari hasutan dari godaan setan yang selalu menghendaki kenaikan entropi, sebaiknya gunakanlah karunia energi dari Tuhan untuk melaksanakan kerja yang bermanfaat disertai doa. (Humas UGM)