Gedung R. Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang baru saja diresmikan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., tidak sekadar bersifat fungsional, tetapi menjelaskan pula aspek-aspek estetis dan filosofis.
“Ada identitas budaya hadir di gedung ini. Berbagai macam ornamen dan komponen bangunan mencoba mengambil konsep rancangan yang tanggap terhadap budaya lokal dengan relevansi secara ekonomis, ekologis, dan sosial budaya,” ujar Dekan FIB, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA., yang mendampingi Rektor dalam upacara peresmian gedung R. Soegondo, Senin (30/10).
Ragam kekayaan budaya nusantara tampak jelas dalam fasad bangunan setinggi 7 lantai ini. Dekorasi bangunan menggunakan konsep relief kerawangan yang diambil dari ragam etnis nusantara mulai dari batik Yogyakarta, pasurak Toraja, dan sebagainya. Sementara itu, pola lanskap mengadopsi pola tapak candi-candi di kawasan Prambanan yang dipertegas melalui pembatas berupa pagar pendek dari batu bata seperti yang dijumpai pada lingkungan kuno di kompleks Mataram Kotagede.
Wening menjelaskan, gedung ini merepresentasikan akumulasi memori yang melekat pada keluarga besar Fakultas Ilmu Budaya karena gedung ini dibangun di atas sebidang tanah yang dulunya dihuni bangunan-bangunan yang menjadi bagian penting proses belajar mengajar di fakultas ini, seperti laboratorium antropologi dan Staff English Language Training Unit (SELTU).
“Banyak kenangan hadir di dalam gedung ini, tapi kita mencoba untuk tidak berhenti sampai di sini karena kita akan menciptakan kenangan-kenangan lain untuk generasi muda yang akan datang,” imbuhnya.
Nama R. Soegondo yang diabadikan dalam gedung ini sendiri merupakan nama dari direktur pertama SELTU yang juga pernah menjabat sebagai Dekan FIB pada periode 1966-1969 dan 1969-1971. Ia merupakan salah satu pendiri program studi Sastra Inggris di UGM dan tokoh penting bagi perkembangan fakultas ini.
“Dengan pemberian nama ini harapannya ketokohan dan teladan yang diberikan almarhum bisa terus kita ingat dan teladani, mendorong kita yang lebih muda untuk terus berkarya agar apa yang kita lakukan bisa bermanfaat bagi kemakmuran bangsa Indonesia,” ujar Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng.
Sesuai dengan cita-cita fakultas ini, gedung R. Soegondo akan digunakan sebagai tempat beraktivitas kreatif dan inovatif bagi seluruh sivitas akademika yang ditujukan bagi kepentingan lebih besar, yakni kepentingan pengembangan keilmuan bagi kemaslahatan masyarakat.
“Harapannya FIB dapat melahirkan budayawan yang unggul dan memandu jalannya bangsa Indonesia menuju kejayaan budaya nusantara dan peradaban Indonesia untuk peradaban dunia menjadi lebih baik,” kata Panut.
Selain dibangun dengan aspek estetis dan filosofis yang membutuhkan pemikiran panjang penuh pertimbangan simbolis dan maknawi yang menjadi ciri khas berpikir budaya, gedung ini juga dirancang dengan mengacu kepada Master Plan Kampus UGM sehingga memiliki keselarasan dengan bangunan-bangunan di sekitarnya serta menampilkan ciri khas bangunan tropis dan menggunakan material alam gunung Merapi. Selain itu, bangunan juga memiliki lanskap dengan prinsip zero water run off dan innovative outdoor space sebagai tempat beraktivitas bagi sivitas akademika serta memiliki akses difabel. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)