Sebanyak 7,2 % dari 153.580 anak balita di DIY menderita obesitas. Sedangkan siswa SMP yang mengalami obesitas sebanyak 4,7% dari 9000-an siswa. Di Bali lebih dari 30 % orang dewasa mengalami hal yang sama. Padahal sudah diketahui obesitas bisa menyebabkan seseorang berisiko menderita penyakit jantung, hipertensi dan kolesterol. Demikian pernyataan Prof. dr. Hamam Hadi, MS., Sc.D, dalam menjelaskan hasil survey yang dilakukan Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran dan Bapenas tahun 2005, di gedung penelitian gizi Fakultas Kedokteran, Selasa (20/2).
Melihat realitas yang terjadi diatas, menurut Hamam Hadi prevalensi obesitas di masyarakat disebabkan kurangnya tenaga gizi. Padahal 40 % puskesmas tidak mempunyai tenaga gizi. “Lulusan Dietisien sangat dibutuhkan karena lulusannya masih kurang. Menurut Universitas United Nations (PBB) bahwa setiap 5 juta penduduk harus ada 500 tenaga gizi. Jika Indonesia ada 210 juta penduduk maka akan dubutuhkan 10.500 sarjana gizi,†ujar ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi).
Dietisien merupakan pendidikan profesi tenaga gizi yang professional yang memiliki kemampuan dan spesifikasi keahlian gizi. “Adanya pendidikan gizi membawa perubahan yang cukup mendasar sebab sebelum tahun 2003 belum ada sarjana gizi (SGZ). Mulai tahun 1999-2000 UGM merupakan yang pertama kali membuka pendidikan gizi untuk S1. Registered Dietitian merupakan jenjang profesi tertinggi gizi di Indonesia,†kata dosen FK UGM ini.
Fakultas Kedokteran UGM pada Rabu (21/2) akan melantik 16 orang lulusan profesi Dietitian. “Pada tangggal 21 februari 2007 merupakan hari yang bersejarah untuk pendidikan gizi dan profesi dietisien di Indonesia, karena untuk pertama kalinya akan ada pelantikan dan sumpah profesi dietisien, dan sekaligus mereka adalah distisien yang teregistrasi (Registered Dietitian/RD) yang pertama di Indonesia,†tukasnya.
Program studi gizi kesehatan Fakultas kedokteran UGM merupakan pelopor yang pertama di Indonesia menyelenggarakan pendidikan S1 gizi sejak tahun 2003. Sarjana gizi diharapakan dapat memenuhi kebutuhan tenaga gizi yang berkualitas di Indonesia dan dapat memberikan alternatif strategi untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalah kesehatan masyarakat yang makin komplek berkaitan dengan masalah gizi.
Pendidikan profesi Dietisien di FK UGM, sudah menyesuaikan dengan kompetisi yangharus dicapai di tingkat internasional dan waktu yang harus ditempuh yaitu 900 jam sesuai dengan standar pendidikan Dietstic Internship dari American Dietetic Association. Sedangkan Pendidikan profesi Dietisien di FK UGM ditempuh kurang lebih 9 bulan atau kurang lebih 1000 jam. (Humas UGM)