Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada sejak 2014 telah melakukan penelitian yang menyebutkan dua problem utama penyebab meningkatnya aksi intoleransi di Yogyakarta pasca reformasi. Penyebab pertama menurut penelitian tersebut adalah terjadinya locked diplomacy (diplomasi terkunci) antar berbagai kelompok agama dan kepercayaan di Yogyakarta. Diplomasi terkunci tersebut merujuk pada situasi masing-masing kelompok memasang penghalang untuk berkomunikasi dan bertukar perspektif antara yang satu dengan lainnya. Selanjutnya, problem kedua yang menjadi penyebab peningkatan intoleransi menurut penelitian itu yakni meningkatnya reproduksi wacana radikalisme di kalangan anak muda di Yogyakarta. Menurut penelitian itu disebutkan bahwa pada beberapa tahun terakhir telah tumbuh beberapa “inkubator” baru sebagai tempat bersemainya perilaku intoleransi di kalangan anak muda.
Berangkat dari hasil penelitian itu lah, Departemen Sosiologi, FISIPOL UGM melakukan beberapa kegiatan dengan tema “Jogja Istimewa, Bhinneka Tanpa Prasangka.” Sekretaris Departemen Sosiologi UGM, Hakimul Ikhwan, Ph.D., menuturkan salah satu kegiatan yang dilakukan berupa serangkaian workshop yang berfokus untuk membuka sumbatan diplomasi antar berbagai elemen masyarakat sipil.
“Rangkaian workshop tersebut yaitu workshop dengan kelompok pluralis, workshop dengan kelompok Islamis dan workshop gabungan dari dua kelompok tersebut ditambah dengan pengambil kebijakan,”kata Hakim baru-baru ini.
Selain serangkaian kegiatan workshop, Departemen Sosiologi, FISIPOL UGM juga melaksanakan dua kegiatan lain yang menyasar anak muda dalam menggunakan media kreatif dan mengalami keberagaman (expreriencing diversity). Kegiatan workshop media kreatif dilakukan untuk menstimulasi tumbuhnya kesadaran anak muda tentang persoalan intoleransi dan keberagaman. Selain itu, mereka juga dibekali dengan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas dalam mengampanyekan pesan perdamaian dan kemanusiaan di tengah masyarakat. Sementara itu, expreriencing diversity dimaksudkan untuk memberikan pengalaman keberagaman lintas agama, etnis, suku, dan golongan secara langsung kepada anak muda. (Humas UGM/Catur)