Disimpulkan dari hasil penyelidikan, bahwa suara glung di wilayah tempuran sungai Opak – sungai Oya dan Imogiri merupakan manifestasi dari perambatan gelombang primer gempa dari medium padat (dari dalam batuan) menuju udara di permukaan bumi. Bahwa, hasil pemboran pada kedalaman total 400 m di beberapa titik yang didukung survey geofisika, yaitu survey magneto teluric, survey geolistrik dan survey microtremor, disimpulkan jika suara glung bukan berasal dari rongga di bawah permukaan bumi.
Dr Ir Dwikorita Karnawati MSc, Dr Ir Subagyo Pramumijoyo DEA dan Salahuddin Hussein MSc menyampaikan hal tersebut di ruang sidang Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi UGM, Jum’at, (23/2).
Ketiga peneliti sependapat, bahwa dari penelitian terpadu yang dilihat dari aspek Geologi, Geofisika, Geodesi dan Geoteknik, maka yang perlu diwaspadai warga Bantul bukanlah fenomena glung, tetapi bagaimana upaya beradaptasi dengan lahan yang rentan bergetar secara dinamik akibat perambatan gelombang gempa. Setiap lahan dipermukaan bumi, kata ketiga peneliti, tersusun atas beberapa jenis lapisan yang berbeda sifat, sehingga berbeda pula dalam merespon terhadap gelombang gempa yang merambat melalui lapisan tanah.
“Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa secara umum, hanya tanah dalam zona 30 meter dari permukaan bumi yang sensitif merespon terhadap getaran. Namun respon ini bervariasi, ada yang merespon dengan bergetar secara lebih kuat dan ada pula yang merespon dengan getaran lemah,†ujar Dwikorita yang didampingi Subagyo Pramumijoyo dan Salahuddin.
Berdasar perbedaan respon tanah terhadap getaran ini, hasil penelitian Jurusan Geologi UGM memetakan wilayah Kabupaten Bantul dan sekitarnya, termasuk Kodya Yogyakarta bagian selatan terbagi dalam empat zona kerentanan. Zona kerentanan tersebut bervariasi, meliputi (i) Zona Kerentanan Sangat Tinggi. (ii) Zona Kerentanan Tinggi, (iii) Zona Kerentanan Menengah, dan (iv) Zona Kerentanan Rendah.
“Zona dengan kerentanan tinggi merupakan zona dengan kondisi lahan yang paling kuat dalam merespon getaran gempabumi,†tambah Dwikorita Karnawati.
Contoh Zona Kerentanan Sangat Tinggi, kata Dwi Korita, meliputi wilayah Bantul Timur, terutama sepanjang Sungai Opak, yaitu sebagian Kecamatan Kretek bagian Timur Tenggara, sebagian Kecamatan Pundong memanjang dari selatan hingga utara dan sebagian kecil Kecamatan Imogiri.bagian barat-barat laut. “Sebagian besar Kecamatan Jetis memanjang di bagian tengah dari bagian selatan hingga timur laut, Sebagian kecil Kecamatan Pleret memanjang dari baratdaya hingga timurlaut, sebagian kecil Kecamatan Piyungan bagian baratdaya dan sebagian kecil Kecamatan Banguntapan bagian Tenggara, serta Kecamatan Pandak bagian barat daya-barat-barat laut,†ujar Ketua Jurusan Teknik Geologi UGM.
Sangat tingginya tingkat kerentanan ini, kata dia, dikontrol oleh kombinasi beberapa faktor antara lain jenis tanah. Jenis tanah ini, merupakan endapan sungai Opak, yaitu pasir kerikilan yang bersifat lepas-lepas dan tebal. Tanah dengan sifat lepas-lepas cenderung tidak memiliki kohesi (ikatan antar butir) yang kuat, sehingga sangat mudah bergetar saat dilalui gelombang gempa. Selain itu, adanya zona patahan, yang sensitif untuk turut bergetar ketiak gelombang gempa melalui zona patahan tersebut.
“Faktor lain berupa, kehadiran air bawah tanah yang dangkal dan jarak suatu zona dari pusat gempabumi, yang diperkirakan berada disekitar patahan opak,†tandas Dwikorita.
Arti penting peta zonasi tingkat kerentanan yang dihasilkan Jurusan Teknik Geologi UGM ini, tentu dapat dipakai sebagai acuan untuk memperhitungkan tingkat kerusakan bangunan saat terjadi gempa bumi, dan bisa dimanfaatkan dalam melakukan rekonstruksi bangunan rumah di wilayah ini.
“Untuk zona dengan kerentanan menengah hingga sangat tinggi, perlu mewaspadai adanya gempa susulan dan bangunan rumah di zona tersebut mestinya mengikuti aturan bangunan rumah tahan gempa. Hasil penelitian ini perlu dijadikan bahan pertimbangan dalam penataan ruang dan kawasan rawan gempa,†tukas Dosen Teknik Geologi UGM.
Turut mendukung penelitian ini, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Jurusan Teknik Geodesi dan Geofisika Fakultas Teknik UGM, BPPTK (Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian), Badan Meteorologi dan Geofisika Yogyakarta, Kyushu dan Kyoto University Jepang, dan California Seismic Safety Commision USA. (Humas UGM)