Saat ini, diperlukan usaha untuk mencari pakan alternatif yang mampu dipergunakan untuk pakan ternak. Salah satu, bahan sumber protein yang belum dimanfaatkan dan banyak tersedia serta tidak berkompetisi dengan kebutuhan pangan manusia adalah limbah udang.
Sebagai bahan pakan sumber protein hewani dalam ransum ternak, limbah udang belum dimanfaatkan secara maksimal. Sementara limbah ini dinilai mengandung banyak protein, karbohidrat, lemak, mineral, sehingga dapat digunakan sebagai pakan konsentrat untuk ruminansia.
“Hal ini disebabkan keterbatasan lama simpan pada keadaan basah, sehingga perlu proses lebih lanjut berupa pengawetan untuk mempertahankan kualitas serta mampu menghambat aktivitas bakteri yang tidak diinginkan tidak awet,†ujar Ir Ismail Yasin MS, saat ujian Doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Jum’at, (23/2). Dengan bertindak selaku promotor Prof Dr Ir Zaenal Bachruddin MSc dan ko-promotor Dr Ir hari Hartadi MSc serta Dr Ir Budi Prasetyo Widyobroto DESS DEA.
Kata Ismail, salah satu usaha mengawetkan tepung limbah udang dan menambah kecernaan tepung limbah udang, perlu dilakukan fermentasi menggunakan jasa bakteri asam laktat (BAL). Proses silase ini dapat berjalan dengan baik, jika tersedia cukup karbohidrat mudah larut dan dalam kondisi anaerobik.
Bakteri asam laktat, kata Kepala Dinas Transmigrasi Kabupaten Ketapang Propinsi Tingkat I Kalimantan Barat 2001 – 2002 ini, memiliki kemampuan untuk memproduksi pengawet biologi yang telah lama dikenal mampu memperpanjang masa simpan bahan pangan. Hal ini, karena BAL penghasil senyawa antibakteri yaitu asam organic (laktat, asam asetat, propionate) hydrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin.
“Bakteri ini dapat dijumpai pada kotoran hewan, susu, pakan dan silase. Bisa ditemukan pula pada saluran pencernaan pada beberapa hewan vertebrata. BAL ini dapat diisolasi dari feses sapi muda dan dari isi saluran pencernaan ikan,†tambah Ismail.
Salah satu hasil penelitian Ismail menunjukkan, bahwa rata-rata penambahan berat badan harian pada domba jantan lokal adalah penambahan tepung limbah udang fermentasi 10% lebih tinggi, jika dibanding dengan rata-rata penambahan berat badan harian pada penambahan tepung limbah udang non-fermentasi, tanpa penambahan tepung limbah udang.
Dalam ujiannya Ismail Yasin akhirnya dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Pria kelahiran Bima, 3 April 1952 sekaligus meraih gelar doktor ke 807 dari UGM dalam bidang Ilmu Peternakan. Disamping bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang peternakan, desertasi Ismail Yasin bermanfaat pula sebagai acuan industri pakan ternak maupun pangan agar dapat memanfaatkan BAL probiotik yang menguntungkan dan dapat meningkatkan kualitas limbah industri pertanian secara intensif. (Humas UGM)