
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi, S.Hut., M Agr. Sc., menyampaikan dukungan dalam percepatan implementasi kebijakan berorientasi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan dari pinggiran, namun tetap mempertimbangkan kelestarian dan keberlanjutan fungsi hutan.
“Alokasi untuk implementasi program harus ditetapkan dengan prinsip kehati-hatian melalui proses partisipatif dan mempertimbangkan ragam kondisi biofisik dan sosial,” katanya dalam sidang senat terbuka pada puncak peringatan Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM ke-54, Kamis (16/11) di Auditorium Fakultas Kehutanan UGM.
Budi menyebutkan bahwa hal tersebut perlu dilakukan untuk meminimalkan timbulnya beragam persoalan yang mungkin muncul di masa depan. Dengan prinsip-prinsip itu diharapkan tidak menimbulkan masalah sosial dan lingkungan yang semakin kompleks.
Melihat semakin kompleksnya persoalan lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya hutan, Budi juga menekankan pentingnya evaluasi terhadap pola pemanfaatan ruang dan regulasi terkait. Hal ini penting dijalankan agar penentuan lokasi lahan untuk kegiatan pembangunan di masa datang tidak memberikan tekanan yang berlebihan terhadap keberlangsungan fungsi ekosistem hutan.
Selain itu, juga membangun formulasi sistem monitoring pembangunan yang meliputi proses ekosistem dan neraca sumber daya alam.
“Percepatan pengentasan kemiskinan dengan skenario perhutanan sosial tidak boleh dibenturkan dengan mengorbankan fungsi perlindungan ekosistem hutan,” imbuhnya.
Menurutnya, pengarusutamaan konsep membangun dari pinggiran untuk kemakmuran masyarakt dan memperkuat fungsi hutan perlu didorong dengan Gerakan Nasional Kehutanan Sosial. Langkah yang dapat dilakukan melalui sinergi dalam percepatan pembangunan infrastruktur, percepatan pembangunan desa, reforma agraria, dan percepatan restorasi gambut.
Dalam kesempatan itu, Budi turut menyampaikan laporan tahunan dekan tahun 2017 terkait pencapaian dalam bidang akademik, kemahasiswaan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, sumber daya manusia, aset, dan keuangan.
Dalam bidang akademik, pihaknya saat ini tengah melakukan redesain kurikulum untuk meningkatkan mutu dan kualitas lulusan yang unggul dan berdaya saing di tingkat global. Redesain kurikulum dilakukan melalui penyusunan capaian pembelajaran program studi program sarjana dan pascasarjana.
Sejumlah terobosan dilakukan dalam pengembangan akademik, antara lain membangun karakter rimbawan Bulaksumur dengan jiwa korsa yang kuat melalui kuliah dan praktik lapangan terintegrasi. Selanjutnya, menyiapkan akreditasi internasional dari Accreditation Agency for Degree Programs in engineering, Infromatics/Computer Science, the Natural Sciences and Mathematics (ASIIN) untuk program studi Ilmu Kehutanan dengan mengembangkan program credit transfer system program S1 dengan beberapa unversitas di ASEAN dan Jepang, serta program double degree S2 dengan Tokyo University of Technology and Agriculture.
Selanjutnya untuk penelitian dan publikasi di Fakultas Kehutanan UGM, pada tahun 2017 ini tercatat sebanyak 34 penelitian dengan skema DPP, LKD, BPPTN yang didanai Fakultas Kehutanan UGM. Selain itu, terdapat 23 penelitian yang mendapat dana dari pihak eksternal melalui berbagai skema. Sementara itu, publikasi hingga bulan November 2017 terdapat 23 hasil penelitian dosen Fakultas Kehutanan yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah terindeks Scopus.
Budi juga menyampaikan pada tahun 2017 Fakultas Kehutanan mendapatkan kepercayaan untuk mengelola Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Getas Ngandong yang berada di perbatasan Blora dan Ngawi. Hutan seluas kurang lebih 10.901 hektar ini akan dikelola seperti hutan konservasi Wanagama Gunungkidul untuk pendidikan dan pelatihan. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)