Peningkatan penyakit menular termasuk zoonosis perlu disikapi dengan pendekatan global karena penularannnya sewaktu-waktu dapat terjadi melalui berbagi sarana bila tidak dilakukan pencegahan secara professional dan proporsional. Tindakan pencegahan juga harus mempertimbangkan kelangsungan keberadaan plasma nutfah agar beberapa spesies hewan atau ternak yang exotic tidak musnah.
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini telah muncul beberapa penyakit baru yang merupakan zoonosis, antara lain penyakit sapi gila (mad cow) yang semula diyakini hanya ditemukan di Eropa pada pertengahan tahun 2001 ternyata ditemukan juga di Jepang. Di Hongkong muncul penyakit Flu Burung (Avian Influenza) H5N1 yang saat ini ternyata penyebaran sampai ke Indonesia.
“Antrax dan rabies yang endemik di Indonesia memerlukan perhatian khusus karena terbukti telah menimbulkan banyak korban pada hewan, ternak dan juga manusia. Bahkan Toxoplasmosis juga sudah bersifat endemik, meski jumlah kasus yang relatif sedikit. Beberapa zoonosis muncul setelah suatu daerah dilanda bencana, misalnya leptospirosis yang biasanya menyerang manusia setelah terjadi bencana banjir,†ujar Ir. Diah Tri Widayati, M.P., Ph.D dalam seminar bulanan yang diadakan oleh Pusat Studi Bencana Alam, Selasa (27/2).
Menurut Dosen Fakultas Peternakan ini, wabah zoonosis tidak lepas dari kedekatan antara manusia dengan hewan kesayangannya. “Kehidupan manusia sulit dilepaskan dari kehidupan hewan. Manusia memerlukan hewan sebagai teman bermain, bekerja dan keperluan lainnya. Kedekatan dengan hewan tersebut dapat menularkan penyakit,†kata Bu Diah.
Hewan ternak sebagai sumber konsumsi protein hewani, dalam perjalanana hidupnya ternak dapat juga terserang beberapa penyakit yang menular kepada manusia (zoonosis) baik secara langsung dari produk hewan dan hasil olahannya, maupun secara tidak langsung lewat parasit yang ada pada hewan tersebut.
“Peningkatan jumlah wisatawan dan importasi hewan atau ternak serta produknya membawa risiko masuknya penyakit zoonosis dari Negara asal. Upaya yang dapat dilakukan adalah memperkecil dampaknya melalui peningkatan pengawasan atau karantina dan analisis resiko yang professional,†papar Diah (Humas UGM)