
Luis E. Breuer, Ketua Misi Internasional Monetary Fund (IMF) untuk Indonesia, melakukan kunjungan ke Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Sebelumnya, kunjungan yang sama juga dilakukan di Jakarta selama dua minggu untuk melakukan studi dan evaluasi mengenai kondisi ekonomi di Indonesia saat ini.
Datang di kampus FEB UGM, Kamis (16/11), Luis E. Breuer memberikan kuliah umum yang diselenggarakan di Djarum Foundation Auditorium lantai 6, Pertamina Tower FEB UGM. Ratusan mahasiswa mengikuti perkuliahan ini. Mereka tidak hanya berasal dari mahasiswa FEB UGM, namun juga para mahasiswa dari perguruan tinggi lain di seputar Yogyakarta, antara lain Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Kristen Duta Wacana, dan STIE YKPN.
Dalam kuliah umum yang dibuka Prof. Mahfud Solihin, M. Acc., Ph.D, Wakil Dekan FEB UGM Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Luis Breuer memaparkan dampak kondisi ekonomi beberapa negara saat terjadi krisis global di tahun 2008. Menurutnya, dampak krisis tersebut untuk Indonesia tidak signifikan dibanding dengan Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.
“Karena kondisi ekonomi Indonesia yang baik. Indonesia didukung dengan ukuran ekonomi dan jumlah penduduk yang terbesar di Asia Tenggara maka sepuluh tahun pasca krisis global, ekonomi global mulai membaik,”katanya.
Luis Breuer memaparkan IMF memublikasikan hasil economy outlook dua kali dalam setahun. Menurut economy outlook IMF tersebut, pertumbuhan ekonomi di Asia saat ini mengalami peningkatan.
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia tahun 2017 sebesar 5,6% dan tahun 2018 sebesar 5,5%, sedangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 dan 2018 diproyeksikan sebesar 5,1% dan 5,3%. Negara-ngara di Asia memiliki kontribusi sebesar 2/3 dari pertumbuhan ekonomi global dengan 1/3 pertumbuhan ekonomi dikontribusikan oleh China.
“Hal ini tentu menjadi daya tarik bagi investor untuk menyalurkan dananya”, ucap Breuer.
Menurut Breuer, pertumbuhan ekonomi yang meningkat normalnya diikuti dengan kenaikan inflasi. Meski begitu, kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Asia yang tinggi diikuti dengan inflasi yang rendah.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga dua kali karena tingkat inflasi turun dan nilai tukar rupiah stabil. Sementara itu, Indonesia bisa menjaga pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen, tingkat inflasi rendah, stabilitas keuangan, nilai tukar rupiah stabil dan tingkat suku bunga stabil.
“Indonesia sesungguhnya bisa mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen dengan dua cara, yaitu menjaga stabilitas ekonomi dan memahami penyebab perlambatan ekonomi yang terjadi,” papar Luis Breuer. (Humas UGM/ Agung)