Menjadi wirausaha saat ini telah menjadi tren yang banyak dipilih para generasi muda. Tidak sedikit lulusan perguruan tinggi yang memilih membangun bisnis sendiri. Bahkan, merintis serta membangun usaha sejak mahasiswa.
Seperti yang dilakukan oleh dua wirausaha lulusan UGM, Hestyriani Anisa Widyaningsih (Sastra Jepang) dan Fadli Wilihandarwo (Pendidikan Dokter). Keduanya berhasil mengembangkan bisnis saat masih menjadi mahasiswa melalui program Inovative Academy UGM.
Kedua anak muda ini menekuni bidang usaha yang berbeda yaitu peternakan dan kesehatan. Dari bisnis tersebut tidak hanya berhasil mendatangkan keuntungan usaha. Lebih dari itu juga memberikan manfaat dan dampak positif dalam memberdayakan masyarakat.
Hestriyani Anisa Widayaningsih atau yang akrab disapa Anisa melalui bisnis investasi budidaya lele berhasil memberdayakan masyarakat di Nganjuk. Dia bersama dengan rekan-rekannya membangun platform investasi budidaya lele bernama iwak.me sejak Juli 2015 yang menghubungkan pemodal dengan para petani ikan. Melalui usaha ini selain bisa mendapatkan keuntungan juga memberdayakan masyarakat melalui budidaya ikan.
Sementara itu, Fadli sukses mengembangkan sebuah aplikasi berbasis android yang diberi nama Pasienia. Aplikasi yang telah dirilis pada 2016 lalu ini berfungsi menghubungkan sesama pasien untuk berbagi pengetahuan dan informasi tentang penyakit yang tengah diderita. Aplikasi ini berupa media sosial yang kemudian menjadi ruang untuk saling ‘curhat’ dan memberi semangat satu sama lain.
Anisa, panggilan akrab Hestyriani Anisa Widyaningsih, menyampaikan bahwa generasi muda, termasuk mahasiswa, memiliki potensi besar untuk terjun dan menjalankan wirausaha.
“Menjadi mahasiswa tidak hanya dicetak untuk bekerja di lembaga pemerintah maupun perusahaan, tetapi juga bisa menjadi wirausaha,” katanya dalam sharing session Kewirausahaan dan Leadership Mahasiswa di hadapan para pimpinan UGM beberapa waktu lalu di Solo.
Dalam kesempatan itu, Anisa menceritakan sejumlah tantangan dan hambatan dalam menjalankan wirausaha. Dia mengakui tidak mudah menjalankan usahanya kala itu, terlebih usaha yang dijalankan berbasis teknologi.
“Peran kami sebagai mahasiswa yang juga pengusaha adalah harus mengedukasi masyarakat yang belum melek teknologi. Hal ini sangat tidak mudah, membutuhkan proses tidak bisa berlangsung instan,”paparnya.
Anisa mengatakan keputusannya untuk melanjutkan bisnis yang telah dijalankan sejak mahasiswa tidak serta merta didukung oleh keluarga. Keputusan untuk berbisnis secara mandiri usai lulus kuliah belum dilihat sebagai sesuatu yang memiliki prospek cerah dan penuh dengan risiko.
Hal tersebut juga dirasakan oleh Fadli. Bahkan, lulusan sarjana kedokteran ini harus melalui proses perdebatan yang panjang dengan kedua orang tuanya untuk bisa meyakinkan akan pilihannya berwirausaha.
“Saya berusaha menunjukkan ke orang tua dengan prestasi,”jelasnya.
Aplikasi Pasienia besutan Fadli telah berhasil mengantongi sederet penghargaan di level nasional dan internasional. Pada pertengahan tahun 2017 kemarin Pasienia dinobatkan menjadi pemenang dalam kompetisi Google Business Group (GBG) Stories dengan menyisihkan 468 aplikasi lain dari berbagai negara di dunia. Selain itu, juga sukses masuk dalam Top 33 Mobile Apps 2016 Karya Anak Bangsa pilihan Good News from Indonesia dan pada 2015 menyabet juara pertama di Start Surabaya Bootcamp, Indonesia Developer Summit, dan Forum Informasi Kedokteran Indonesia.
Fadli mengaku beruntung mendapat kesempatan bergabung dalam program Inovative Academy UGM. Melalui program tersebut dia dipertemukan dengan rekan-rekan mahasiswa dari berbagai jurusan difasilitasi dalam membangun usaha.
“Saya suka hal-hal yang berkaitan dengan teknologi informasi, tetapi di Kedokteran kan sangat sulit untuk mengembangkan minat saya ini,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, untuk menambah wawasan dalam upaya memperkuat minat di luar departemen sulit untuk dilakukan. Misalnya saja mahasiswa kedoteran tidak bisa memasuki kelas di Fakultas Pertanian.
“Sebenarnya akan bagus jika ada kelas-kelas yang bisa mengakomodasi dalam pengembangan minat lintas jurusan,”tuturnya. (Humas UGM/Ika)