Orang miskin di UGM semakin bertambah. Dibuktikan dengan jumlah penerima bea siswa bagi mahasiswa kurang mampu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2002, jumlah bea siswa bagi mahasiswa yang kurang mampu sebesar 4,88 milyar dengan penerima 4750 mahasiswa, 4, 97 milyar untuk 5.376 mahasiswa (2003), 6,09 milyar dari 6.370 mahasiswa (2004), 10,33 milyar dari 6. 787 mahasiswa (2005), dan 15, 83 milyar dari 10.098 mahasiswa (2006).
Ini membuktikan bila UGM memberikan kesempatan kepada masyarakat tidak mampu untuk kuliah di UGM. “Selama ini, komitmen UGM untuk membuka akses kepada masyarakat tidak mampu sering disalah tafsirkan sepihak. Universitas kerakyatan diidentikkan dengan dengan biaya kuliah yang rendah. Padahal UGM masih berkomitmen tetap menerima mahasiswa yang memiliki potensi bakat dan prestasi dari keluarga tidak mampu secara ekonomi. Membuka pinta yang seluas-luasnya pada calon mahasiswa yang tidak mampu untuk mendaftar di UGM,†ungkap Dr. Chairil Anwar selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Rabu (28/2) Ruang Sidang MGB.
Chairil Anwar menyarankan bagi masyarakat yang betul-betul tidak mampu untuk mengisi SPMA nol rupiah dalam pendaftaran masuk ke UGM. “Kekeliuran yang terjadi di masyarakyat bahwa bila pengisian SPMA yang semakin tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar untuk lulus di UGM. Padahal UGM tidak pernah melihat besarnya uang sumbangan bagi mereka yang lulus, melainkan betul-betul sesuai dengan kemampuan akademisnya,†tutur Cahiril.
Biaya pendidikan di UGM saat ini masih tetap dan tidak berubah. Biaya SPP sebesar 500 ribu, BOP per sks 75 ribu (eksakta) dan 60 ribu (non eksakta). Besarnya biaya sumbangan SPMA dari kategori 0 rupiah, 5 , 7, hingga diatas 10 juta rupiah.
“Munculnya spesimisme di kalangan calon mahasiswa bahwa semakin mahal sumbangan akan tidak memberi peluang pada keluarga tidak mampu. Sekali lagi isu ini tidak benar, calon mahasiswa yang tidak mampu akan tetap menjadi perhatian,†ujar chairil.
Menurut Chairil, saat ini permintaan bea siswa mengalami kenaikan yang sangat luar biasa pasca bencana. Bahkan, kata chairil saat ini malah ada mahasiswa yang belum membayar SPMA secara penuh (lunas), UGM tetap memberi toleransi agar tetap masih bisa kuliah. Ada kemungkinan jika nantinya mahasiswa tersebut betul-betul tidak mampu membayar SPMA, mereka akan tetap masih bisa kuliah dan biaya SPMA kemungkinan akan dibebaskan..
Chairil menambahkan, UGM merupakan Universitas yang paling terbuka tentang informasi keuangan dibanding Perguruan Tinggi BHMN yang lainnya. Tidak ada yang disembunyikan dalam pendaftaran mahasiswa baru. Tiap tahun UGM memberi bea siswa BOP kepada 1600 mahasiswa agar mereka bebas BOP.
â€Kita sangat akomodatif terhadap berbagai masukan dari masayarakat. UGM sudah memberikan kriteria bagi masyarakat tidak mampu yang nantinya bisa mengisi SPMA nol rupiah,†tambah Chairil.
Direktur Administrasi Akademik, Dr.Ir. Budi Prasetyo Widyobroto, DESS.,DEA menjelaskan beberapa kriteria untuk kategori keluarga tidak mampu yang bisa bebas dari biaya SPMA dan berhak mendapat bea siswa sampai lulus. (i) Keluarga dengan penghasilan 900.000 per bulan dengan tanggungan 1 orang anak, (ii) Keluarga dengan penghasilan 1.200.000,- dengan tanggungan 2 orang anak, atau (iii) Keluarga dengan penghasilan Rp 1.500.000,- dengan tanggungan 3 orang anak.
Sedangkan mahasiswa UGM yang penghasilan orang tuanya di bawah satu juta, kata Budi Prasetyo ada sebanyak 745 mahasiswa di tahun 2003, 1322 mahasiswa di tahun 2004, 1508 mahasiswa di tahun 2005 dan 1392 mahasiswa di tahun 2006 (Humas UGM).