Diberlakukannya kurikulum 2013 menekankan pada aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku peserta didik. Pada tingkat Sekolah Dasar, kurikulum ini dibawakan dengan model pembelajaran tematik.
Suryo Buwono, mahasiswa Fakultas Psikologi UGM angkatan 2013, berpandangan dalam penerapannya desain pembelajaran tematik harus mampu mendorong peserta didik agar dapat bereksplorasi sekaligus menggali pemaknaan yang lebih mendalam dari apa yang mereka pelajari di dalam kelas. Sebab, pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan konsep pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu bingkai tema tertentu.
“Harapannya seperti itu, namun dalam kenyataanya masih banyak guru yang membawakan pembelajaran tematik secara konvensional dengan pembelajaran satu arah. Guru di depan berbicara dan murid mendengarkan. Evaluasi belajarnya pun konvensional alias dengan tes tertulis, dan ini menjadikan murid-murid pada bosan,” tuturnya di Kampus UGM, Selasa (5/12).
Menurut Suryo, banyak cara kreatif yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi pemahaman siswa yang belajar menggunakan pembelajaran tematik. Salah satunya dengan mengajak para peserta didik untuk membuat komik.
“Membuat komik ini melibatkan semua fungsi indrawi, kognitif, dan afektif anak,” katanya.
Saat membuat komik, kata Suryo, anak-anak akan terlibat dalam dua proses utama, yakni menulis gagasan dan melukis cerita. Melalui aktivitas menulis, anak secara otomatis akan terstimulasi untuk melakukan analisis serta berpikir secara kritis. Sementara dengan melukis, anak akan diajak untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Melihat permasalahan tersebut, Suryo bersama Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menggelar Workshop Guru Kreatif dengan tema ‘Mengubah Hasil Pembelajaran Tematik menjadi Komik’ belum lama ini. Penggagas komunitas bukusahabatbermain ini bersama Novi. P Candra, dosen Fakultas Psikologi UGM, memelopori gerakan tersebut.
“GSM adalah sebuah gerakan yang dipelopori Novi P. Candra, dosen Fakultas Psikologi UGM. Jadi, meski membawa nama komunitas, bisa dikatakan kegiatan ini sepenuhnya dirintis oleh mahasiswa serta akademisi UGM,” katanya.
Suryo menjelaskan Workshop Guru Kreatif digelar untuk memperingati Hari Guru. Dalam workshop tersebut, guru-guru diberi pemaparan terkait pentingnya mengelaborasi seni dalam pembelajaran serta diberikan teknis pelatihan untuk membuat komik kreatif berbasis tema pembelajaran di kelas.
Sebanyak 74 guru di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Para guru ini mendapatkan pelatihan cara-cara membuat komik tematik untuk anak. Pembuatan komik melibatkan lima puluh anak dari sebelas sekolah modelnya GSM yang diajak berkolaborasi membuat kompilasi komik dengan tema ‘Unity in Diversity’.
“Hasil komik itu rencananya akan kami crowdfundingkan kemudian akan didistribusikan secara gratis ke SD-SD di pelosok daerah untuk menjadi media pembelajaran tematik,” tandasnya. (Humas UGM/ Agung)