Siklon Tropis Cempaka di wilayah perairan sebelah Selatan Jawa Tengah mengakibatkan perubahan pola cuaca di sekitar lintasannya. Dampak yang ditimbulkan berupa potensi hujan lebat di wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
“Dampak siklon mulai dirasakan sejak 27 November 2017 angin kencang, gelombang besar laut, hujan sangat lebat, tanah longsor dan banjir,”ujar Danang Samsurizal, ST, Manager PUSDALOPS BPBD DIY, di Sekolah Pascasarjana UGM, Kamis (7/12).
Berbicara pada acara Roundtable Discussion “Pembelajaran Penting Penanganan Badai Tropis Cempaka dari Aspek Sistem Peringatan Dini dan Sosialisasi yang Menyentuh Pemahaman Masyarakat Umum”, Danang Samsu mengungkapkan Siklon Cempaka telah mengakibatkan jatuhnya puluhan korban jiwa dan harta di DIY dan sekitarnya. Sementara ribuan jiwa lain yang terdampak atau mengungsi karena terputusnya jalur transportasi darat.
“Kita sudah dapat data-data dari BMKG, termasuk data kualitatif sebelumnya, nyatanya DIY selalu diuji dengan sesuatu yang tidak terduga. Di tahun 2016 kita membuat posko di Pakem menghadapi erupsi Merapi, tapi yang terjadi Gempa Bantul,” katanya.
Meski telah mendapat data-data, kata Danang, terkait Siklon Cempaka pembelajaran yang perlu diambil adalah lemahnya EWS saat terkait cuaca ekstrim, terutama pada pengenalan risiko, analisis wilayah terdampak dan penyampaian informasi.
“Oleh karena itu, Pusdalops perlu meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan EWS terutama terkait cuaca ekstrim,”jelasnya.
Agus Sudaryatno, S.Kom., MM, Kepala Kantor Stasiun Klimatologi Yogyakarta, mengungkapkan sejak terdeteksinya siklon tropis ini BMKG melalui berbagai media telah memberikan peringatan dini kepada para pihak terkait, termasuk ke masyarakat. Dengan arahan jelas untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap dampak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang pohon tumbang, gelombang tinggi dan jalan licin.
Menurut Agus Sudaryatno, Badai Cempaka di perairan selatan Jawa bergerak ke arah timur mengakibatkan belokan angin dan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di atas DIY. Aliran massa udara basah dari barat menyebabkan kondisi udara di sekitar Jawa dan DIY menjadi sangat tidak stabil.
“Interaksi kedua fenomena tersebut berdampak terhadap kondisi cuaca di wilayah DIY berupa potensi hujan hingga sangat lebat , kecepatan angin meningkat, gelombang peningkatan kecepatan angin dan gelombang di perairan selatan,” katanya.
Pendapat yang sama diutarakan Prof. Dr. H.A Sudibyakto, MS. Melalui makalah tertulis berjudul “Analisis Dinamika Banjir Bandang Akibat Siklon Tropis” yang dibacakan I Made S, Sudibyakto mengatakan gangguan cuaca berupa siklon tropis “YVETTE” dan “CEMPAKA” mengakibatkan terjadinya belokan dan perlambatan angin sehingga terjadi pertumbuhan aktif awan-awan konvektif yang mengakibatkan hujan terus menerus.
“Data curah hujan pada periode siklon tropis menunjukkan kategori intensitas hujan ekstrem,” katanya.
Sementara itu, Dr. Ir. Dina Ruslanjari, M.Si berharap dalam menghadapi bencana ini BPBD berfungsi sebagai koordinator sekaligus komando untuk instansi lain terkait, seperti BMKG, TNI, Basarnas, Swasta, Relawan, Akademisi dan masyarakat. Sebab, dengan sinergi instansi/lembaga akan menghasilkan tujuan yang lebih baik daripada dilakukan sendiri. (Humas UGM/ Agung)