Menjelang peringatan Dies Natalis UGM yang diperingati setiap 19 Desember, para anggota Dharma Wanita di lingkingan UGM melakukan ziarah ke makam pahlawan nasional serta para pendiri dan sesepuh UGM.
“Kita semua menyadari bahwa kita bisa menikmati kemerdekaan ini tidak lain karena jasa-jasa para pahlawan, dan kita bisa menikmati UGM yang sebesar ini karena jasa dari para pendiri dan sesepuh UGM,” ujar Ketua Dharma Wanita UGM, Nur Indrianti Panut Mulyono, dalam upacara pemberangkatan ziarah di Balairung UGM, Jumat (8/12).
Kegiatan yang telah menjadi sebuah tradisi dalam peringatan Dies Natalis setiap tahun ini diisi dengan upacara, doa ziarah serta prosesi tabur bunga di makam keluarga UGM Sawitsari serta Taman Makam Pahlawan Kusumanegara. Acara ini diikuti lebih dari 100 anggota dharma wanita beserta mahasiswa dari unit kegiatan Pramuka dan Resimen Mahasiswa.
Keikutsertaan para mahasiswa ini, menurut Nur, menjadi kesempatan penting bagi mereka untuk mengenal para pahlawan negara dan pahlawan UGM demi meneladani daya juang dan dharma bakti mereka.
“Mahasiswa ini adalah penerus bangsa, jadi kita perlu kenalkan juga supaya bisa turut mengenang jasa para pahlawan. Harapannya mahasiswa bisa meneladani jiwa patriotisme dan semangat nasionalisme supaya mereka bisa jadi generasi penerus bangsa yang andal dan membuat UGM lebih bermartabat di mata dunia,” imbuhnya.
Di antara ratusan nama yang terpampang dalam batu nisan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, salah satunya merupakan nama yang begitu penting bagi UGM, yaitu Prof. Dr. Sardjito, rektor pertama UGM yang juga merupakan pahlawan perjuangan bangsa Indonesia.
Selain memiliki jasa yang besar dalam bidang pendidikan dan kesehatan, Prof. Sardjito juga berperan besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Pada masa perang kemerdekaan, Prof. Sardjito turut berjuang melalui jalur kesehatan dengan mengupayakan ketersediaan obat-obatan dan vitamin bagi para prajurit, serta dengan membangun pos kesehatan untuk tentara. Perjuangan inilah yang menjadikan Prof. Sardjito sebagai sosok yang perlu dikenang dan diteladani, khususnya ketika mengingat kembali sejarah berdirinya UGM.
“Saat itu adalah zaman yang sangat berbeda maka perjuangan beliau saya yakin sangatlah berat. Ini adalah perjuangan yang perlu kita teladani,” kata Nur. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)