
Sekumpulan mahasiswa UGM membentuk start up untuk menghimpun donasi online berupa aksi kemanusiaan. Terbentuk sejak 2014 lalu, start up ini bergerak pada kegiatan filantropi dan kerelawanan di bawah naungan Direktorat Pengmbangan Usaha dan Inkubasi (PUI) UGM. CEO Galanggo.org , Muhamad Luqman Taufiq, mengatakan perusahaan rintisan ini bergerak pada aksi kemanusian dengan memanfaatkan media internet dan media sosial untuk menghimpun dana dari filantropi. “Ruang gerak kita paling besar di bidang kemanusiaan seperti bidang bencana alam, selain bidang sosial,” kata Luqman kepada wartawan, Senin (8/1), di Kampus UGM.
Luqman bercerita pembentukan penggalangan dana aksi kemanusiaan berawal dari ide pendiri perusahaan ini sebelumnya yang memerlukan dana untuk membantu pengobatan salah satu kerabatnya yang menjadi penyandang disabilitas. Terbersit gagasan saat itu untuk bisa menghimpun ide donasi secara online untuk membantu kerabatnya tersebut “Ada salah satu keluarga penyandang disabilitas, lalu berubah ke aksi kemanusiaan secara global,” katanya.
Meski berdiri tahun 2014 lalu, kata Luqman, Galanggo sempat vakum pada 2015 lalu, namun mulai aktif kembali pada pertengahan tahun 2016. Seetelah itu, dikembangkan oleh mahasiswa karena para pendiri Galanggo sudah lulus kuliah.
Saat ini Galanggo tengah mengembangkan website dengan 2 fitur utama, yakni Galang Dana dan Galang Relawan. Melalui konsep crowdfunding dan crowdhelping, Galanggo berkomitmen tidak hanya menjadi situs web galang dana saja, namun juga memberikan ruang informasi untuk segala kalangan yang tertarik berpartisipasi pada berbagai kegiatan sosial yang tersedia dalam fitur galang relawan.
Untuk promosi, kata Luqman, pihaknya menyebarkan informasi tentang kegiatan start up ini lewat akun di media sosial. “ Lewat media sosial sudah mulai bergerak ada website, ada instagram dan official akun line yang semuanya merupakan aksi kemanusiaan,”katanya.
Ia menyebutkan hingga Desember 2017 lalu, Galaggo telah menghimpun dana donasi sebesar Rp50 juta dan menggalang relawan sebanyak 250 orang. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan, diantaranya memfasilitasi pengobatan anak penderita hidrosefalus, aksi respons bencana alam banjir di Garut, Jawa Barat, Desember 2016, galang dana sebagai respons bencana alam gempa bumi di Pidie, Aceh, Agustus 2017. Lalu melakukan penggalangan dana sebagai respons bencana alam di Gunungkidul bersama Aliansi Berbagi Handayani, Desember 2017.
Selanjutnya, survei kondisi pasca bencana tanah longsor di Tinatar, Punung, Pacitan, Jawa Timur. Rencananya, pada awal tahun ini Galanggo akan melakukan program penjajakan kerja sama kegiatan bersama dengan BAZNAS. “Rencana kita akan membangun rumah di dua desa yang terkena bencana di Pacitan,”katanya.
Direktur PT Gama Inovasi Berdikari, Trias Mono, menuturkan Galanggo merupakan salah satu perusahaan start up hasil dari kegiatan inkubasi innovative Academy tahap 1 pada 2014 lalu. “Kami di Gama Inovasi Berdikari diberikan mandat menjadi inkubator dan akselerator start up di UGM. Ada 11 start up di bawah Gama Inovasi Berdikari dan 20-an lainnya dalam proses inkubasi. Galanggo satu-satunya star tup yang tidak profit oriented,”ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson;foto: Firsto)