• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Akademisi UGM: Cantrang Tidak Ramah Lingkungan

Akademisi UGM: Cantrang Tidak Ramah Lingkungan

  • 22 Januari 2018, 15:39 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 3555
Akademisi UGM: Cantrang Tidak Ramah Lingkungan

Akademisi UGM menyesalkan keputusan Presiden, Joko Widodo, dan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, yang memperbolehkan nelayan kembali menggunakan cantrang untuk menangkap ikan, meski sudah diketahui bahwa cantrang tidak ramah lingkungan karena berdampak menurunnya populasi ikan dan lenyapnya profesi nelayan. Hal itu mengemuka dalam diskusi mengenai dampak cantrang yang berlangsung di Departemen Perikanan, Fakultas  Petanian UGM, Senin (22/1).

Pengamat perikanan dan kelautan, Ir. Sukardi MP, mengatakan peraturan menteri KKP tentang pelarangan cantrang dilakukan untuk upaya konservasi. Namun, dengan diperbolehkannya cantrang ini akan mengakibatkan upaya konservasi sulit dilakukan apalagi untuk perairan bagian utara Jawa. “Di Pantura,  alat tangkap nelayan adalah cantrang,” katanya.

Seperti diketahui, jumlah cantrang saat ini meningkat tajam dari sebelumnya 5.781 unit tahun 2015 menjadi 14.357 unit di tahun 2017. Dengan bertambahnya jumlah kapal cantrang maka semakin banyak potensi ikan kecil yang tertangkap. “Saya pikir asas manfaat dan konservasinya dikesampingkan dengan diperbolehkannya penggunaan cantrang ini,” katanya.

Dosen Perikanan UGM, Ir. Supardjo, SD, MS., mengatakan cantrang masuk dalan kelompok pukat tarik yang sering digunakan nelayan tradisional di pantai utara Jawa dengan jarak 2-3 mil dengan kedalaman 30-60 meter. Selain jumlah kapal cantrangnya yang semakin bertambah, Supardjo mengatakan umumnya tangkapan dari cantrang mampu menangkap ikan–ikan kecil yang menjadi non target.

Bukan hanya hasil tangkapan yang lebih banyak ikan non target, kapal cantrang saat ini umumnya sudah menggunakan tali selambar dengan panjang lebih dari 1.000 meter bahkan ada yang sampai 6.000 meter. Ia mengilustrasikan, tali selambar 1.000 meter bisa menjangkau luasan area tangkapan hingga 40 hektar untuk sekali tarik, sedangkan ukuran 6.000 meter bisa menjangkau 2.00an hektar. “Itu yang ukuran 6.000 meter saja luasan tangkapannya bisa seluas kampus UGM,” katanya.

Tidak hanya sampai di situ, kata Supardjo, berdasarkan hasil penelitiannya, separuh hasil tangkapan ikan dari cantrang umumnya tidak sesuai target. Nelayan cantrang di Lamongan, misalnya, mampu menangkap 51 persen ikan target utama dan 41 persen saja ikan yang menjadi non target. Sedangkan di Tegal,  sekitar 46 persen tangkapan ikan yang sesuai target utama dan non target bisa mencapai 54 persen. “Sehingga non target lebih besar dari separuh hasil tangkapannya,” katanya.

Ikan yang sesuai target akan dijual ke pabrik surimi sedangkan untuk non target dijual untuk tepung ikan yang digunakan untuk menutup biaya operasional. “Ikan non target seperti ikan Petek dan sebagainya digunakan sebagai bahan  pembuatan tepung ikan untuk pakan ternak,” katanya

Menurutnya, untuk menjaga konservasi ikan agar jumlah ikan tetap lestari nelayan di pantura menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan, seperti bubu lipat dan rajungan.

Dr Suwarman Partosuwiryo dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, mengatakan isu cantrang saat ini sudah menjadi komoditas politik. Menurut pendapatnya, pihak yang menolak pelarangan cantrang ketika berdemo di depan Istana beberapa waktu lalu bukan hanya dari nelayan yang masih enggan meninggalkan cantrang, namun juga didukung oleh pabrik surimi dan pabrik tepung ikan yang selama ini mendapat manfaat dari ikan kecil hasil tangkapan nelayan cantrang. “Yang teriak itu politikus, pabrik surimi, dan pabrik tepung ikan. Takut pabrik surimi dan tepung tidak hidup sehingga isu cantrang menjadi isu politik,” tuturnya.

Ia mengkritik kebijakan perpanjangan penggunaan cantrang yang waktunya tidak dibatasi. Hal itu akan menambah jumlah kapal cantrang karena kenyataan di lapangan semakin banyak kapal cantrang dengan ukuran besar dengan menggunakan mesin teknologi yang semakin canggih. “Alat tarik sudah menggunakan mesin, kalau dulu naikkan cantrang pakai tenaga manusia. Sasaran ikan dari cantrang ini populasi ikan ukuran kecil,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)  

Berita Terkait

  • Pemerintah Diminta Lebih Arif Mengatasi Persoalan Cantrang

    Tuesday,23 January 2018 - 17:18
  • Fakultas Geografi dan BNI KCP UGM Sepakat Bekerja Sama

    Friday,25 March 2011 - 11:39
  • Komunitas Berpendidikan Lebih Ramah Lingkungan

    Thursday,03 June 2010 - 8:59
  • E-Dom, Dompet Ramah Lingkungan Kreasi Mahasiswa UGM

    Friday,16 June 2017 - 9:13
  • Fakultas Peternakan UGM Kembangkan Suplemen Pakan Ramah Lingkungan

    Thursday,03 October 2019 - 10:25

Rilis Berita

  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika
  • SPs UGM Lakukan Pengabdian di KHDTK Getas Blora 07 February 2023
    Sekolah Pascasarjana UGM (SPs) mengadakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Belu
    Agung
  • Cegah Diabetes Pada Anak Dengan Membatasi Makanan Manis dan Lakukan Aktivitas Fisik 06 February 2023
    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada t
    Ika
  • Tim Peneliti UGM Lakukan Riset Inverter Statik Kereta Api 06 February 2023
    Tim peneliti dari Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik Univers
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual