Manajemen risiko dalam menjalankan bisnis penting dilakukan untuk melindungi organisasi dari risiko yang menghambat pencapaian tujuan dan berbagai hal yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Hal tersebut disampaikan oleh Head of Risk Management, Service Pertamina Hulu, Mahakam, Henry Weddiasmara S.Hut, Selasa (23/1) di Grha Sabha Pramana UGM saat memberikan pembekalan kepada ribuan calon wisudawan program pascasarjana UGM.
Henry menyebutkan manajemen risiko keamanan merupakan hal yang patut diperhatikan dalam bisnis. Pasalnya, suatu organisasi akan menghadapi masa-masa ketidakpastian dalam pencapaian visi, misi, dan tujuannya.
“Faktanya tidak setiap organisasi bebas dari ketidakpastian akan risiko sehingga penting menerapkan manajemen risiko ini,” katanya.
Berbagai risiko baik teknis maupun non-teknis sangat mungkin melanda suatu organisasi. Henry mencontohkan risiko yang dihadapi perusahaan hulu migas antara lain risiko politik, risiko geologis, risiko harga, risiko penawaran dan permintaan, risiko pembiayaan, serta risiko keamanan.
Dalam menghadapi sebuah risiko, dikatakan Henry, setiap organisasi memiliki ketahanan yang tidak sama. Ada yang tahan terhadap risiko kegagalan, tetapi ada pula yang tidak memiliki ketahanan yang baik terhadap risiko.
“Daya tahan organisasi terhadap risiko berbeda-beda, ada yang tahan namun ada juga yang kolaps saat menghadapi risiko. Terciptanya budaya risiko menjadi daya tahan yang paling fundamental di sini ,” ujarnya.
Sementara Direktur Bisnis Menengah PT. Bank Negara Indonesia, Putrama Wahju Setyawan, S. Hut., dalam kesempatan itu memaparkan terkait kepemimpinan. Menurutnya, menjadi seorang pemimpin harus mampu menjadi problem solver.
“Leader harus bisa menjadi problem solver yang bida menyediakan alternatif penyelesaian masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat,” tuturnya.
Selain itu, dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang diambil dibangun berdasarkan pengalaman dan fakta-fakta di lapangan.
“Harus punya nyali, dalam pengambilan keputusan atas dasar pengetahuan. Kalau tidak seperti itu namanya nekat,” katanya.
Tidak kalah pentingnya, seorang pemimpin sepatutnya mempunyai gaya komunikasi yang jelas dan tegas agar tidak menimbulkan ambiguitas dalam tim. Disamping itu, memiliki stress management yang baik dalam mengelola tim. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)