Kegiatan pertambangan dapat memberikan beberapa dampak positif maupun negatif. Dari sisi negatif kegiatan pertambangan berdampak terhadap lingkungan secara fisik dan kimia. Dampak lingkungan secara fisik yang ditimbulkan dapat membuat perubahan tata guna lahan (bentang alam, voidlake, dan turunnya muka air tanah). Selain itu, secara fisik dampak negatif lainnya yang dapat ditimbulkan yakni dapat memicu perubahan struktur batuan akibat pembongkaran batuan. Secara kimia dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan yakni turunnya kualitas air permukaan dan air tanah.
Beberapa dampak negatif dari kegiatan pertambangan itulah yang melatar belakangi dosen Fakultas Teknik, Universitas Kutai Kartanegara, Ibnu Hasyim, menulis disertasinya yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Kimia dan Mineralogi Batuan Terhadap Kontaminasi Air Tanah pada Tambang Batu Bara, Daerah Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.” Disertasi tersebut mengantarkan Ibnu meraih gelar doktor bidang Teknik Geologi di Universitas Gadjah Mada. Ibnu memperoleh gelar doktornya setelah dinyatakan lulus dalam ujian terbuka doktor pada Jumat (26/1) di Gedung KPTU, Fakultas Teknik, UGM.
Ibnu mengkaji kondisi hidrogeologi, karakteristik kimia air tanah, dan mineralogi batuan di daerah Kecamatan Anggana khususnya di sekitar lokasi penambangan. Dari hasil penelitian Ibnu, kondisi hidrologi daerah tersebut diprediksi memiliki imbuhan air tanah total sebesar 680,18 mm th-1. Sementara itu, berdasarkan analisis data hasil kegiatan eksplorasi permukaan, pemboran full coring, dan geologi regional diketahui bahwa urutan satuan batuan dari tua ke muda secara berurutan yaitu satuan batu lempung Balikpapan, satuan batu pasir kuarsa Balikpapan, satuan batu lempung Kampungbaru dan satuan batu pasir Kampungbaru.
Dalam penelitiannya Ibnu juga meneliti sumber dan tingkat kontaminasi air tanah di daerah penelitiannya. Berdasarkan kajian dan analisis data-data sekunder serta primer diketahui bahwa sumber AAT Formasi Balikpapan dan Formasi Kampungbaru berasal dari beberapa sumber. Sumber tersebut diantaranya batuan PAF pada pit dan disposal. Batubara yang terekspos pada pit dan air kolam pengendapan serta ait pit tambang juga menjadi sumber kontaminasi air tanah.
“Tingkat kontaminasi air tanah Formasi Kampungbaru lebih tinggi jika dibanding dengan Formasi Balikpapan,” jelas Ibnu. (Humas UGM/Catur)