Ketergantungan terhadap energi fosil di Indonesia seharusnya menjadi permasalahan yang harus segera diakhiri dengan memanfaatkan potensi energi alternatif yang ada, seperti tenaga air, angin, panas bumi dan biomass. Banyaknya potensi energi alternatif seperti panas bumi sangat menjanjikan dan berlimpah.
Regina Tetty Mary menyebut Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia mencapai 40 persen. Disamping sangat efisien dan ekonomis, penggunaan panas bumi ramah lingkungan dibandingkan dengan energi fosil.
“Energi panas bumi memiliki manfaat untuk dijadikan energi alternatif menggantikan energi fosil yang tidak terbarukan. Energi ini dapat dimanfaatkan pengembangannya karena memiliki nilai strategis, dapat menghemat pemakaian energi fosil yang berdampak pada penghematan devisa dan mengurangi dampak lingkungan,” ujar Regina, di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (29/1) saat menempuh ujian doktor.
Dengan dukungan regulasi, kata Regina, pengembangan panas bumi memiliki potensi sekaligus peluang investasi yang menarik. Data Kementerian ESDM RI menyebut dunia baru memanfaatkan 9,67 persen (11,5 gw) dari potensi panas bumi yang ada (119,3 gw).
Sementara potensi panas bumi di Indonesia menempati urutan kedua, yaitu 24,77 persen, dan dari sudut pemanfaatan panas bumi masih di peringkat ketiga (12,95 persen). Filipina menjadi negara yang paling banyak memanfaatkan panas bumi (46,75 persen) dan area cagar alamnya dipergunakan untuk penempatan PLTP, sedangkan Jepang tercatat sebagai negara yang memanfaatkan energi panas bumi lebih banyak secara langsung.
Mempertahankan disertasi Implementasi Kebijakan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Dalam Mendukung Ketersediaan Energi Listrik, Regina menandaskan diperlukan adanya kerangka atau desain kebijakan untuk cerminan sifat unik dari panas bumi. Dengan demikian, kerangka kebijakan energi panas bumi harus mencerminkan sifat sumber daya dan keinginan pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan industri.
“Untuk mencapai rasio elektrifikasi 100 persen maka pemerintah harus mengupayakan membangun wilayah kerja panas bumi di daerah terpencil untuk pemenuhan listrik pedesaan. Untuk menghindari konflik, masyarakat sekitar mestinya mendapat proritas aliran listrik yang tidak di interkoneksikan. Dengan begitu maka masyarakat pun akan ikhlas memberikan lahannya untuk dikelola demi kesejahteraan umum,” tandas Regina. (Humas UGM/ Agung)